Jamestown - Musim dingin 1609-1610 adalah kurun 'mematikan' bagi pemukim awal Amerika. Sebanyak 240 dari 300 koloni di Jamestown, Virginia, meninggal selama periode ini, yang disebut Era Kelaparan ketika mereka berada di bawah pengepungan Indian dan tidak punya cara untuk mendapatkan makanan.
Bukti sejarah menunjukkan, banyak warga yang putus asa dan melakukan cara-cara yang tak masuk akal untuk bertahan hidup. Bukti baru menunjukkan bahwa termasuk di dalamnya adalah memakan daging sesama pemukim yang sudah meninggal.
Arkeolog mengungkapkan analisis ini berdasar kerangka manusia abad ke-17. Bukti menunjukkan bahwa pemukim mempraktekkan kanibalisme untuk bertahan hidup.
Peneliti menyatakan berdasar penggalian pada tahun 2012, beberapa fitur menunjukkan bahwa orang tertentu telah dikanibal. Ada sekitar setengah lusin kerangka yang menjelaskan perilaku kanibalisme pada waktu itu, kata Douglas Owsley, kepala divisi antropologi fisik di Smithsonian National Museum.
Penelitian ini memberikan bukti forensik pertama kanibalisme di koloni Amerika.
Salah satu korban kenibalisme diketahui bernama Jane, gadis 14 tahun asal Inggris. Sisa tubuh Jane ditemukan di deposit sampah abad ke-17 di bekas lokasi Benteng James. William Kelso, kepala arkeolog di Proyek Penemuan Kembali Jamestown mengatakan pada konferensi Rabu bahwa benteng ini dibangun pada tahun 1607, tetapi telah hanyut. Kelso dan rekan mulai menggali pada tahun 1994.
Owsley dan rekan dapat memberitahu sedikit tentang apa yang terjadi pada Jane ketika setidaknya satu periode kelaparan menghantam wilayah itu. Tubuh Jane dicabik-cabik dan dagingnya dimakan oleh penghuni Jamewtown lainnya. Para peneliti mengatakan tampaknya mereka juga mencoba memakan isi tengkorak kepalanya, namun gagal.
Jejak kapak dan pisau terdapat di tengkorak kepala Jane. Tempurung kepala retak terbuka akibat pukulan. Ahli forensik mengatakan tampaknya sang pelaku menggunakan tangan kanan. "Kerusakan ypada tengkorak menunjukkan bahwa siapa pun pelakunya bukan tukang daging yang terampil," katanya.
Menurut arkeolog, pada musim panas tahun 1609, para pemukim mengalami dua kemunduran yang signifikan. James Horn, wakil direktur Pusat Penelitian dan Interpretasi Sejarah di Colonial Williamsburg menyatakan armada besar yang membawa pemukim dan persediaan makanan terhantam badai. Pemukim sebelumnya telah datang dua tahun lebih awal.
Badai menahan kapal seminggu dari mereka seharusnya tiba. Beberapa pelayaran bahkan berakhir di Bermuda. Drama Shakespeare "The Tempest" mengambil inspirasi dari peristiwa ini.
Enam kapal mencapai Jamestown pada bulan Agustus 1609, dalam kondisi rusak dan kehabisan makanan. Banyak calon pemukim baru yang menyertai kapal itu dalam kondisi kesehatan yang buruk. "Jane ada pada salah satu kapal," kata Horn.
Pada saat yang sama, hubungan antara koloni Jamestown dan suku Indian Powhatan memburuk. Para pemukim yang ada terserang wabah penyakit dan kekurangan makanan, dan Powhatan mempersulit mereka.
Salah satu pemimpin kelompok, Kapten John Smith - yang sama yang terkenal berteman dengan Pocahontas - kembali ke Inggris pada Oktober 1609. Owsley mengatakan, terjadi kekosongan kepemimpinan setelah itu.
Pada musim gugur, Powhatan mengobarkan perang terhadap mereka, dan mengepung benteng. Dengan tanpa cara untuk mendapatkan makanan dari luar, anggota koloni terpaksa makan kuda, anjing, kucing, tikus, dan ular. Bahkan kata Horn, ada bukti mereka juga memakan sepatu mereka dan benda terbuat dari kulit lainnya yang dapat ditemukan untuk bertahan hidup. Siapa pun yang tersisa yang mencoba mencari makanan di hutan dibunuh oleh Powhatan.
Namun tak jelas berapa anggota koloni yang dikanibal. Yang pasti, dari 300 anggota koloni hanya 60 orang yang selamat.
Pada bulan Mei 1610, para pemukim baru yang terdampar di Bermuda tiba dan menyelamatkan koloni. Lord Delaware membawa bahan makanan yang cukup untuk bertahan selama setahun.
Like This..?? Share This Article.......
0 komentar:
Posting Komentar