Popular Post

Home » » Wanita Mulai Merambah Industri Video Game

Wanita Mulai Merambah Industri Video Game

Written By Bodhonk on Rabu, 16 Januari 2013 | 12.26


Ketika Brenda Brathwaire Romero memulai kariernya di tahun 1980-an, dia bisa menghitung dengan jari jumlah pengembang game wanita pada saat itu.

Tetapi saat ini, banyak pertemuan "Woman in Games” yang ia datangi penuh dijejali dengan wajah-wajah baru. Wanita berusia 46 tahun tersebut, terkadang disebut sebagai wanita terlama yang bekerja di industri tersebut, berkelakar bahwa saat ini dia bahkan harus mengantre ketika ingin masuk kamar kecil wanita di Game Developers Conference, salah satu pertemuan terbesar di industri game.

Stephen Lam/REUTERS
"Belakangan ini, berkat melejitnya media sosial dan mobile, semakin banyak wanita yang bergabung di industri video game," kata Brathwaite Romero.

Popularitas smartphone telah membawa game ke populasi yang baru dan lebih luas, para developer game sekarang ingin merambah selain konsumen pria muda. Dan saat wanita sekarang banyak memainkan game mobile di Facebook atau platform lainnya, mereka jadi tertarik untuk bekerja di industri tersebut.

Jumlah wanita yang dipekerjakan oleh perusahaan game telah naik tiga kali lipat sejak tahun 2009, menurut firma rekrutmen pegawai VonChurch, didasarkan lebih dari 350 lebih penempatan di firma game seperti CrowdStar dan GREE.

Pada tahun 1989, ketika desainer game veteran Sheri Garner Ray memulai karier, wanita hanya berkisar 3 persen di dunia tersebut. Sekarang telah naik menjadi 11 persen.

"Dalam 20 tahun, itu bukanlah pertumbuhan yang pesat," kata Garner Ray, yang telah bekerja di perusahaan besar seperti Electronic Arts dan Sony Online Entertainment. Tetapi dia setuju bahwa angka tersebut akan terus naik.

Beberapa desainer pertama di perusahaan pembuat game mobile, Pocket Gems, adalah wanita. Pocket Gems, yang terkenal membuat game mobile “Tap”, baru-baru ini meluncurkan game “Campus Life”, di mana para pemain dapat mendirikan dan menjalankan perkumpulan kampus. Target konsumen game ini adalah wanita.

"Saya telah bekerja di perusahaan game lainnya dan saya pernah bekerja di departemen yang dipenuhi pria," kata Liu. "Aspirasi kami adalah untuk menciptakan game untuk seluruh golongan dan bisa diakses oleh semua orang, dan memiliki pekerja yang mewakili tiap golongan sangat membantu kami membangunnya."

Pelecehan sudah sangat menurun
Dunia game masih didominasi gambaran akan seorang pria muda yang duduk berjam-jam di depan layar, ditemani minuman energi dan berperang secara online memainkan game tembak-tembakan seperti “Call of Duty” atau game strategi seperti “Starcraft”.

Tetapi saat ini, bermain game bisa saja semudah melemparkan burung ke babi-babi seperti di “Angry Birds” atau memotong-motong buah dan sayur di “Fruit Ninja” — game yang bisa dimainkan segala golongan.

Brenda Romero (Foto: Reuters/Stephen Lam)
"Dunia mobile masih liar dan game tersebut dibangun dengan ide ini, karena semua orang memiliki perangkat mobile dan semuanya ingin bermain," kata desainer konten game Elizabeth Sampat, yang bekerja di perusahaan game sosial, Storm8.

Hal itu mungkin alasan mengapa lebih dari setengah pemain game sosial dan mobile di Amerika Serikat adalah wanita, menurut firma riset EEDAR, sementara wanita hanya sekitar 30 persen dari mereka yang memainkan game keras dan sadis seperti “Halo 4” dari Microsoft, di konsol game.

Erin McCarty (24) tumbuh dengan game. Dia kuliah di Mellon University dengan tujuan agar bisa bekerja di industri game.

Saat ini dia merupakan insinyur wanita satu-satunya dalam tim berisikan tujuh orang yang membuat game tembak-tembakan “Realm of the Mad God” di perusahaan Kabam, yang menargetkan konsumen pria.

McCarty tidak merasa ada diskriminasi. "Saya dikelilingi para pria setiap waktu, dan mereka sangat menyenangkan ketika bekerja," kata McCarty.

Erin McCarty (Foto: Reuters/Stephen Lam)
Brathwaite Romero mengingat ketika rekan kerja prianya di tim yang mengerjakan game dewasa “Playboy: The Mansion” dengan karakter telanjang dan diluncurkan pada tahun 2005, seluruhnya adalah profesional.

"Untungnya saya tidak mengalami pelecehan seperti yang diceritakan orang lain," kata Romero.

"Beberapa tindak pelecehan yang tampak jelas pada awal-awal tumbuhnya industri ini, seperti rapat di klub tari erotis, mengundang penari erotis di pesta, hal-hal seperti itu telah banyak menghilang dibanding sebelumnya."

Gadis penari dan seksisme
Bukan berarti kesenjangan sudah hilang sama sekali.

Pertama, ada ketimpangan 27 persen di rata-rata pendapatan. Wanita mendapat gaji $68.062 (sekitar Rp655 juta) dibanding pria yang mendapat $86.418 (sekitar Rp832 juta), menurut survei Game Developer Magazine pada 2011.

Wanita di industri game juga kurang banyak mengisi bidang rekayasa software dan manajemen tingkat atas, sebagaimana halnya yang terjadi pada sektor teknologi yang lebih luas, menurut eksekutif industri tersebut.

VonChurch menemukan, posisi insinyur didominasi pria sejak 2009. Insinyur wanita menempati 21 persen dari keseluruhan wanita yang dipekerjakan, dan lebih dari setengah pria yang dipekerjakan berposisi sebagai insinyur.

Lalu terkadang terjadi hal yang merendahkan. Gameloft membuat heboh beberapa pekan lalu ketika pesta liburannya di studio Montreal menjadi kacau.

Studio tersebut, yang membuat game untuk perangkat seperti iPhone Apple Inc, menyewa penari berpakaian seksi dan dicat tubuhnya. Pada larut malam, beberapa penari mulai melepas baju mereka, menurut seseorang yang hadir di acara tersebut tetapi tidak mau namanya disebut.

Para penari langsung diusir dari acara "sesaat setelah tindakan tidak senonoh mereka diketahui," kata pihak Gameloft dalam sebuah pernyataan.

Erin McCarty (Foto: Reuters/Stephen Lam)
Lebih dari sebulan yang lalu, sebuah twit dari seorang pekerja game pria — "Mengapa hanya ada sedikit wanita di dunia game?" — memicu rentetan pesan dengan hashtag #1reasonwhy (satu alasan kenapa), yang dengan cepat berkembang menjadi diskusi tentang diskriminasi dan seksisme di tempat kerja.

"Saya diberitahu bahwa saya tidak akan diingat atas hasil kerja saya, tetapi dengan siapa saya tidur," kata desainer game asal Seattle, Lilian Cohen-Moore, dengan nama @lilyorit di Twitter.

Konvensi game adalah mimpi buruk, kata beberapa pekerja game wanita profesional. Karena acara tersebut bukan murni lingkungan kerja, tetapi adalah forum utnuk para profesional dari industri tersebut untuk bertemu, mengobrol, dan melakukan bisnis.

Cohen-Moore (28), berkata dia menyaksikan seorang pria di acara tahunan Penny Arcade Expo di Seattle, meraba-raba seorang wanita yang sedang bekerja mengenakan kostum karakter game ketika dia bekerja di sana tahun lalu.

"Saya terkadang agak ragu untuk masuk dunia video game karena budaya kerjanya lebih menjurus dan aktif tentang betapa banyak pelecehan yang terdapat di sana," katanya.

Aditi Banga, seorang associate product manager di Pocket Gems. (Foto: Reuters/Stephen Lam)
Brathwaite Romero, yang menikah dengan legenda industri game dan pencipta “Doom”, John Romero, juga mengingat tentang kejadian di Electronic Entertainment Expo pada musim panas kemarin, acara perkumpulan terbesar industri game.

"Saya sedang mendiskusikan bakal kontrak dengan seseorang dan pria di sebelah saya membicarakan — saya kutipkan — 'payudara dan bokong' seorang model. Dan dia terus membicarakan hal itu," katanya. "Dan itu tidak benar."

Sebelum mengikuti wawancara di sebuah perusahaan game online pada beberapa tahun lalu, Sampat berkata bahwa seorang wanita dari departemen sumber daya manusia berkata kepadanya: "Sudah tugas saya untuk memastikan bahwa semua kandidat calon pegawai bisa, Anda tahu, menerima lelucon."

"Saya jadi bertanya-tanya apakah dia menanyakan hal yang sama kepada seorang programmer pria kulit putih," kata Sampat.

Wanita di luar Amerika Serikat juga mengalami hal yang sama. Alisa Chumachenko, CEO dan pendiri Game Insight, sebuah perusahaan game sosial dan mobile yang berkembang pesat di Rusia, berpikir bahwa dengan memperkerjakan lebih banyak wanita dalam peran yang lebih beragam dan juga di level atas akan sangat membantu. Perusahaannya memiliki 450 pekerja dan memiliki tiga wanita yang berada di level atas, tetapi dia berharap bisa lebih banyak mengenal wanita di dunia game.

"Kita perlu benar-benar mencontoh wanita yang berhasil menjadi penggerak dan berpengaruh di industri ini," kata desainer game veteran, Graner Ray, "dan banggakan serta angkat mereka lalu berkata: 'Inilah posisi kami, inilah apa yang bisa kami lakukan. Perhatikan kami.'"


Like This..?? Share This Article..........

0 komentar:

Posting Komentar

Followers

 
Copyright © 2011. Forzant Blog . All Rights Reserved.
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Template modify by Creating Website. Inspired from Maskolis