Beberapa waktu lalu saya masih kagum dengan cerita yang ada di dalam Full House, sebuah sinema dari Korea, dimana dalam alur cerita sama sekali tidak meninggalkan konflik mendalam apalagi berdarah. Saya akui saya terlambat 7 tahun untuk mengetahui bagaimana cerita dalam sinema tersebut namun bagi saya itu tidak menjadi masalah. Hal yang saya kagumi adalah bahwa setiap masalah atau konflik bisa selesai atau diselesaikan dengan apik dan halus tanpa menyebabkan salah satu pihak menjadi korban. “Romantis”.Itu catatan saya untuk Full House ini.
Di lain kisah, sisi keromantisan pun identik dengan kalimat “Bahagia untuk selamanya” seperti halnya yang terjadi pada kisah-kisah kerajaan di Eropa. Kisah Romeo-Juliet saya yakin semua orang mengetahunya. Lalu ada juga kisah Lady Diana dengan Dodi al Fayed yang seakan dikatakan bahwa mereka telah bersatu dalam cinta mereka berdua di alam sana. Kisah-kisah tersebut romantiskah menurut anda ? Maaf… bagi saya, tidak. Itu bukan romantis melainkan tragis.
Saya memiliki catatan keromantisan yang selalu saya kagumi dari dulu hingga saat ini. Kisah dari LANGIT yang saya yakin semua manusia akan dapat berkaca. Kisah tersebut adalah pada saat Musa keluar dari Mesir karena dikejar oleh para pengikut fir’aun. Ketika Musa sedang beristirahat dengan berteduh di bawah pohon, ia melihat dua orang gadis yang mengantri untuk dapat memberi minum ternak mereka. Kedua gadis itu berdiri terpisah dari para penggembala pria yang ada disitu. Musa pun lalu membantu kedua gadis itu yang ternyata adalah puteri Nabi Syuaib. Ia mengambilkan air untuk ternak mereka. Saat tiba di rumah kedua gadis itu memberi tahu kepada sang ayah bahwa mereka telah dibantu oleh seorang pemuda.
Dimanakah sisi keromantisan dalam kisah tersebut ? Ketika gadis itu merasa tertarik kepada Musa, begitu juga Musa yang tertarik pada salah satu gadis itu. Gadis itupun mengatakan bahwa ayahnya mengundang Musa untuk datang ke rumahnya untuk menemui sang ayah. Lalu ketika saat berjalan kain yang dipakai oleh gadis tersebut melekat ketat pada tubuhnya karena terkena angin sehingga Musa pun meminta untuk berjalan di depan.Sikap penghormatan kepada perempuan yang sangat saya acungi jempol.
Kisah ini sangat romantis menurut saya. Tentang hubungan antara perempuan dan laki-laki, pria dan wanita….Masih tetap dengan rasa menghormati. Gadis itupun meski melakukan pekerjaan di dunia laki-laki namun masih tahu batas mana yang tidak boleh di langgar, dan Musa pun menjaga pandangannya untuk menghindari melihat lekuk tubuh gadis tersebut. Pertemuan pertama yang begitu sempurna dan sangat romantis.
Kisah kedua adalah antara Nabi Sulaiman dan Ratu Balqis. Saya yakin semua telah mengetahuinya sejak dari kisah keterlambatan burung hud-hud sampai kemudian kisah Sulaiman memindahkan istana Ratu Balqis ke istananya.
Satu catatan yang patut kita garis bawahi dari sisi keromantisan kedua kisah tersebut adalah :
1. Pemahaman definisi
Ketika Eropa lebih mengartikan keromantisan sebagai peristiwa tragis atau pengorbanan untuk pasangan. Kisah yang berada di titik hidup dan mati.Maka kisah ini justru mengedepankan penghormatan kepada pasangan. Dalam bahasa saya, apa artinya berdua dan saling mencintai di alam sana? Bukankah kita hidup di dunia?
2. Fakta
Kedua kisah tersebut adalah real, nyata, dan benar-benar terjadi. Kisah tersebut adalah fakta. Kisah Inilah yang tidak pernah membuat saya kecewa sejak saya membacanya pada masa kanak-kanak dulu sampai sekarang . Berbeda dengan (maaf) Full House dari Korea. Mengapa ? Karena sisi keromantisan tersebut hanya dalam cerita sinema. Hanya di sinema.
Romantis atau tragis. Demikian pendapat dari saya. Hanya ini.
Like This..?? Share This Article........
0 komentar:
Posting Komentar