Popular Post

Home » » Amoroso Katamsi: Pak Harto Tak Terlalu Ekspresif

Amoroso Katamsi: Pak Harto Tak Terlalu Ekspresif

Written By Bodhonk on Senin, 01 Oktober 2012 | 12.45


foto












Amaroso Katamsi, yang berperan sebagai Suharto, dalam film G30S/PKI. indonesianfilmcenter.com

Peran sebagai Soeharto dalam film Pengkhianatan G.30 S-PKI membuat nama Amoroso Katamsi dikenal publik. Ia dianggap sukses memerankan Panglima Komando Strategi Angkatan Darat tahun 1965, Mayor Jenderal Soeharto. 


“Sebagai pemain film, ya wajar saja kalau ada yang memanggil dengan nama peran saya,” ujar pria berusia 72 tahun yang ditemui di kantor Kwarnas Pramuka, Rabu, 26 September 2012. Kesuksesan itu adalah buah profesionalitas Amoroso sebagai pemain film.

Awalnya, Arifin C Noer, sang sutradara, hanya menyadangkan Amoroso sebagai tokoh Soeharto. “Saya mau cari yang lebih mirip,” kata Amoroso menirukan ucapan teman satu grup kesenian di Teater Kecil itu. Rupanya, hingga tiga bulan, tak ketemu juga sosok yang cocok untuk Presiden Indonesia kedua. Hingga akhirnya peran itu kembali ke tangan Amoroso.

Sebagai seorang pemain, ayah penyanyi Aning Katamsi ini tak pilih-pilih peran. Ia pun bersikap profesional dengan menyelami tokoh yang akan dimainkan. Maka mulailah dokter tentara ini mempelajari karakter, cara bicara, cara jalan, hingga perubahan mimik. 


foto
Amaroso Katamsi, yang berperan sebagai Suharto, dalam film G30S/PKI. Dok. TEMPO. Maman Samanhudi.

“Sebagai pemain film, mendapatkan kesempatan memerankan tokoh penting itu suatu kehormatan,” ujar Amoroso. Apalagi saat film dibuat, pada 1982, Soeharto adalah Presiden. “Saya bangga.”

Tak cukup belajar dari dokumenter, buku, dan media massa, Amoroso merasa perlu mengamati langsung sang tokoh. “Fin, bagaimana kalau saya mengobservasi khusus Pak Harto,” ujar Amoroso kepada Arifin C. Noer. 

Niat tersebut akhirnya dikabulkan dan Amoroso pun mendapatkan satu hari bersama Soeharto. Ia mendampingi Soeharto saat menerima tamu dari Australia di peternakan Tapos, Bogor. Karena Amoroso juga seorang tentara, maka tak ada kesan mengganggu kegiatan Presiden. “Saya dikira pengawal biasa, kan pakai pakaian tentara,” ujar pria yang kala itu memiliki jabatan letnan kolonel.

Selama seharian bersama, dokter kesehatan jiwa ini menilai, sosok yang dibayangkan dengan kenyataannya sama. “Hanya dia itu tidak terlalu ekspresif. Kalau secara emosional, ketemu orang, ya senyum dan terima kasih. Segitu saja,” tutur Amoroso. ”Jadi tidak hangat.” 

Kesan berbeda justru diperoleh dari Ibu Negara Tien Soeharto. “Bu Tien malah dia bilang, ''kamu kok bisa, ya, merankan itu, kan kamu belum lama kenal'',” kata Amoroso menirukan pujian istri Pak Harto.

Pujian dari Ibu Tien secara tidak langsung ikut mendekatkan Amoroso dengan keluarga Cendana. “Kalau dekat dalam arti berhubungan terus-menerus itu enggak, tapi ya kalau ada peringatan, apa saya diundang,” ujar Wakil Ketua Kwartir Nasional Pramuka ini. 

Bagi dia, memerankan tokoh Soeharto adalah kebanggaan. “Kalau sekarang mungkin orang berpikir apa itu Soeharto, tapi waktu itu sedang jaya-jayanya,” kata dia. ”Bahwa dia (Soeharto) ada kurang bagusnya, namanya manusia wajar.

Like This..?? Share This Article..........




0 komentar:

Posting Komentar

Followers

 
Copyright © 2011. Forzant Blog . All Rights Reserved.
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Template modify by Creating Website. Inspired from Maskolis