Popular Post

Home » » KB Pria, Siapa Takut?

KB Pria, Siapa Takut?

Written By Bodhonk on Minggu, 23 September 2012 | 21.06





Kontribusi kaum pria untuk menggunakan alat kontrasepsi sebagai peserta Keluarga Berencana di Jawa Barat semakin nyaring terdengar. Peran dan partisipasi kaum pria dalam program KB selama ini dirasakan relatif rendah. Padahal, KB merupakan komitmen berdua, suami dan istri. Keduanya pula yang akan merasakan dampaknya. Akan tetapi, kenapa selama ini hanya wanita yang dominan menggunakan alat kontrasepsi?
Apakah realitas ini dapat dikatakan adil ketika keberhasilan "saham" program KB justru ditunjang oleh kaum wanita? Ketimpangan inilah yang sering dijadikan topik bahasan belakangan ini pada setiap pertemuan yang mengangkat program kependudukan dan KB. Bila ditarik ke belakang, sejarah program ini memang lebih diarahkan kepada wanita.
Semula promosi program sasaran bidik atau segmennya adalah ibu rumah tangga. Namun, seiring dengan perjalanan waktu, keterbukaan, dan kesetaraan, wajar bila tuntutan partisipasi pria terhadap program ini lebih meningkat. Sebab, salah satu arah kebijakan KB pada rencana pembangunan jangka menengah nasional 2010-2014 adalah peningkatan pemakaian alat kontrasepsi yang lebih efektif untuk jangka panjang secara merata. Termasuk di dalamnya adalah partisipasi kaum pria.
Secara absolut dan persentase, setiap tahun peserta KB pria di Jabar meningkat. Namun, persentase dua alat kontrasepsi yang digunakan, yaitu medis operasi pria (MOP) dan kondom, bervariasi naik turunnya. Kalau tahun 2005 peserta KB pria hanya 1,69 persen dari total peserta KB, tahun 2009 jumlahnya sudah mencapai 1,92 persen. Artinya, setiap tahun hanya terjadi peningkatan 0,04 persen. Padahal, target nasional tahun 2009 adalah 4 persen.
Lamban
Bagaimana kita membaca realitas ini? Peningkatan memang terjadi, tetapi relatif lamban. Maka, bisa diterima dengan akal sehat ketika desakan peran pria untuk lebih berpartisipasi dalam program semakin keras terdengar. Bagaimana gambaran partisipasi pria secara lengkap terhadap program KB di Jabar dapat dilihat pada tabel berikut.
Ada beberapa hal yang bisa diformulasikan kenapa gambarannya seperti itu. Pertama, alasan sejarah. Ketika program KB dimunculkan, sudah tertanam citra bahwa KB adalah untuk wanita. Citra tersebut relatif sulit bergeser karena tertanam cukup lama dalam kehidupan masyarakat. Kaum pria seolah tak acuh terhadap penggunaan alat kontrasepsi karena itu adalah urusan wanita. Hingga saat ini di lingkungan masyarakat masih kental terbangun citra bahwa KB untuk wanita.
Kedua, pilihan alat kontrasepsi. Pilihan alat kontrasepsi untuk pria relatif sedikit bila dibandingkan dengan pilihan untuk wanita. Pilihan pria hanya kondom dan MOP, sedangkan untuk wanita mulai pil, suntik, implan, spiral, dan medis operasi wanita (MOW). Begitu banyak pilihan alat kontrasepsi untuk wanita dengan variasi dan kualitas yang beragam. Alat kontrasepsi yang "tengah" bagi pria tidak ada, sedangkan untuk wanita ada, misalnya implan dan spiral.
Sempitnya pilihan alat kontrasepsi pria menjadi tantangan. Menggunakan MOP sering terdengar bisik-bisik mengenai dampaknya walaupun tidak pernah terbukti. Dengan menggunakan kondom, tingkat kenyamanannya relatif berkurang karena tidak bersentuhan langsung. Tidak ada pilihan lain yang lebih nyaman seperti pilihan kaum wanita.
Ketiga, anjuran dari pasangan sendiri. Banyak istri menolak suaminya menggunakan alat kontrasepsi karena takut suaminya menyeleweng tidak berbekas. Dengan kata lain, pasangannya aman tidak hamil. Akhirnya, disepakati biarlah sang istri saja yang menggunakan alat kontrasepsi. Sebenarnya masih ada alasan lain, tetapi yang dominan adalah ketiga alasan tersebut.
Lebih tenteram
Lantas apa yang harus dilakukan agar peran KB pria di Jabar yang saat ini relatif digalakkan dapat berhasil? Tidak gampang menggeser paradigma dan nilai yang sudah tertanam. Akan tetapi, bukan berarti hal itu tidak dapat dilakukan. Testimoni yang selama ini penulis dengar, justru dengan mengikuti program KB pria, kehidupan jauh lebih tenteram. Hal ini dinyatakan Ketua Ikatan Penulis Keluarga Berencana (IPKB) Kabupaten Bekasi yang mengikuti program MOP.
Mengikuti KB pria merupakan salah satu bukti kecintaan suami kepada istri yang sanggup melakukan pengorbanan. Bahwa masih ada perdebatan masalah syari tentang MOP dan MOW, kita serahkan saja kepada para pakarnya. Namun, teknologi mengikat-bukan memotong-yang saat ini semakin canggih perlu lebih luas didiskusikan dan disosialisasikan.
Kalaupun ada kecemasan para istri bahwa suami akan aman menyeleweng, sebenarnya tidak ikut MOP pun suami bisa saja menyeleweng jika dia mau. Jadi, hal itu sangat tergantung kepada orangnya. Bahwa MOP akan menurunkan libido, dari testimoni yang sering penulis dengar, yang terjadi justru sebaliknya. Dorongan seksual setelah melaksanakan MOP semakin tinggi.
MOP selama ini banyak dilakukan oleh pria yang usianya relatif lanjut atau telanjur memiliki banyak anak. Strategi itu tidak salah, tetapi bagaimana meningkatkan peserta MOP dengan akselerasi yang lebih dinamis karena ini merupakan kontrasepsi mantap. Harus diakui, peran KB Bayangkara dan Siliwangi di Jabar selama ini untuk mendongkrak peserta KB sangat signifikan.
Ke depan, perlu dicari kreasi baru dengan berbagai kemitraan. Kota Banjar, misalnya, memberikan santunan Rp 175.000 kepada setiap peserta MOP. IPKB Kabupaten Bekasi sudah memiliki wacana kerja sama dengan polisi lalu lintas untuk melaksanakan program MOP bagi tukang ojek dengan pemberian surat izin mengemudi gratis.
Terobosan seperti ini cukup brilian. Namun, akan lebih baik bila pemahaman peserta KB pria sebagai wujud pertanggungjawaban dalam rumah tangga secara bersama tetap dikemukakan. Kalau itu terjadi, siapa takut ikut KB pria?
Like This..?? Share This Article...........

0 komentar:

Posting Komentar

Followers

 
Copyright © 2011. Forzant Blog . All Rights Reserved.
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Template modify by Creating Website. Inspired from Maskolis