Selama 1 minggu ini Dewi betul-betul beristirahat dari petualangan liarnya, ia sedang berusaha memulihkan kembali otot-otot vaginanya kembali normal setelah selama 1 minggu vaginanya dihajar oleh batang kemaluan Dave yang besar dan panjang, Dewipun rajin meminum jamu yang dapat mengembalikan otot-otot vaginanya kembali normal. Selama 1 minggu ini Dewi masih merasakan vaginanya yang sedikit perih akibat hajaran batang kemaluan Dave, tapi walaupun ia merasakan perih di vaginanya tapi Dewi merasa puas dengan terjangan-terjangan batang kemaluan Dave, negro teman suaminya itu, masih terbayang dalam benaknya bagaimana enaknya disetubuhi oleh penisnya Dave yang hitam, besar dan panjangnya melebihi batang kemaluan yang pernah ia rasakan selama ini, ukuran penisnya Dave itu hampir 2x dari ukuran batang kemaluan para lelaki yang pernah memuaskan ia. Setelah 1 minggu lamanya Dewi meminum jamu dan berhenti melakukan persetubuhan, Dewi mulai merasakan perih di vaginanya berangsur hilang, hari ini Dewi merasakan vaginanya sudah tidak perih lagi, hatinya membatin hari ini ia dapat merasakan lagi kejantanan para lelaki. Hari ini matahari masih malu-malu untuk menampakkan sinarnya, rumah Hendro masih terlihat sepi, kesibukan yang ada hanya didapur dan ditempat cuci, para pembantunya Hendro sudah terlihat dengan kegiatan masing-masing, terlihat Tuti dan Narti sibuk membenahi rumah dan kamar, sementara Ani sibuk dengan mencuci pakaian, Pono sendiri sedang membenahi taman di depan rumah. Terlihat sebuah mobil meluncur kearah rumah kediaman Hendro, dari balik mobil turun seseorang dan menghampiri pintu gerbang, ia melihat Pono yang sedang asyik memotong rumput di halaman, dari balik pintu gerbang orang tersebut lalu memanggil Pono, yang dipanggilpun segera menghampiri pintu gerbang.
“Eh, aden , baru datang,” tanya Pono setelah mengetahui bahwa yang dating adalah tuan mudanya.
“Hhhmm, iya nih baru sampai, tolong bukain pintunya, Pon,” sahut Doni.
“Baik, Den,” jawab Pono.
Pintu gerbang segera dibuka oleh Pono dan Donipun segera mengemudikan mobilnya langsung menuju garasi, sementara Pono setelah menutup pintu gerbang kembali dengan kegiatannya. Donipun melangkah masuk kerumah, yang pertama ia tuju adalah kamar mamih tirinya, ia merasa sudah kangen dengan pelukan mamih tirinya, dengan ciumannya, dengan kulumannya dan dengan jepitan vaginanya. Hanya dengan membayangkan semua itu membuat batang kemaluannya berdiri tegak.
Doni tidak melihat ke 3 pembantunya saat ia menuju kekamar mamihnya itu, saat itu Tuti dan Narti sedang berada di kamar Doni, membersihkan kamar tuan mudanya itu, sementara Ani sendiri masih asyik dengan kegiatannya ditempat cuci, setibanya didepan kamar mamihnya, Doni dengan perlahan membuka pintu kamar mamihnya, kemudian ia menutup pintu kamar tersebut dengan perlahan setelah berada didalam kamar, langkah kakinya menuju kearah tempat tidur mamihnya, Doni melihat Dewi masih tertidur dengan lelap, dengan perlahan-lahan ia melangkahkan kakinya, kemudian dengan perlahan juga ia duduk di samping mamihnya yang masih tertidur itu. Dengan perlahan ia menyibakkan selimut yang menutupi tubuh mamihnya itu. Donipun tersenyum melihat tubuh Dewi yang sudah tidak tertutupi oleh selimut, karena ia melihat tubuh Dewi yang hanya berbalutkan daster tipis, sehingga kedua payudaranya terbayang, kedua putingnya tercetak didaster tersebut. Dengan perlahan kedua tangannya mulai menjamah kedua payudara tersebut dan meremas perlahan, selain itu Doni mulai mengecup perlahan bibir Dewi. Remasan-remasan kedua tangan Doni di payudara Dewi, dan kecupan-kecupan ringan dibibir Dewi, membuat Dewi tersentak dari tidurnya, Dewi kaget karena merasakan kedua payudaranya ada yang meremas dan bibirnya ada yang mengecup. Matanya terbuka, dan mulutnya terbuka untuk berteriak, saat itu juga Doni mencium bibir mamihnya yang terbuka itu dan memasukkan lidahnya kedalam rongga mulutnya, lidahnya mulai bermain dan dilangit-langit dan lidah Dewi. Mendapat serangan yang mendadak itu Dewi gelagapan dan matanya semakin terbelalak, tapi setelah matanya menangkap raut muka yang ia kenal dan wajah itu adalah wajah anak tirinya, Doni. Hasrat untuk marahnya hilang, ciuman Doni ia balas. Lidah Doni yang bermain di rongga mulutnya ia balas, kedua lidah mereka saling bertautan, remasan tangan Doni semakin menjadi. Dewi dibuatnya mendesah, nafas keduanya memburu, nafsu birahi mereka memuncak. Tangan kiri Dewi meraih belakang kepala Doni, seolah tidak mau melepaskan Doni untuk terus mencumbunya, tangan kanannya merayap keselangkangan Doni, mengelus-elus batang kemaluan Doni yang sudah tegang dari balik celananya, tangan Donipun semakin asyik meremas-remas kedua payudara Dewi yang ukurannya sama dengan ukuran artis “JUPE”, desahan-desahan dan lenguhan-lenguhan kerap terdengar dari mulut mereka berdua, tidak puas dengan hanya mengelus-elus batang kemaluan Doni dari luar. Tangan kanan Dewi mulai beraksi dengan mencoba membuka kancing dan resleting celana Doni. Setelah berhasil membuka celana Doni, tangan Dewi segera menyelusup masuk kedalam CD Doni, batang kemaluan Doni yang sudah tegang segera diremasnya, akibatnya Doni menggelinjang mendapat serangan itu, saat mereka asyik bercumbu itu tiba-tiba terdengar ketukan di pintu kamar, keduanya segera menghentikan kegiatan mereka.
Doni
“Yaaa….,” sahut Dewi dengan nafas yang masih tersengal-sengal, dan mulutnya tersenyum ke Doni, lalu ia mengecup mesra bibir Doni.
“Bu…maaf, kamarnya mau dibersihkan sekarang,” terdengar suara Tuti menjawab.
“Hmmm….ya boleh, masuk saja,” jawab Dewi
Doni kemudian memandang Dewi seolah memprotes jawaban mamihnya itu, karena dia merasa hasrat birahinya yang sudah lama terpendam belum tersampaikan. Dewi hanya tersenyum sambil mengecup kembali bibir Doni.
“Kamar mandi dulu aja, Tut, yang kamu bersihkan,” sahut Dewi.
“Baik, bu,” jawab Tuti,
“Eh..ada den Doni, kapan datang, Den?” tanya Tuti yang saat itu menyadari ada Doni di kamar nyonyanya ini.
“Barusan saja,” jawab Doni dengan tersenyum dan memandangi Tuti
Ia menyadari bahwa Tuti seorang cewek yang manis, kulitnya kuning langsat, bentuk tubuhnyapun sempurna, langsing, kedua payudaranyapun nampaknya tidak terlalu besar. Hatinya membatin suatu hari aku harus merasakan tubuhnya. Doni memandangi tubuh Tuti sampai menghilang ke dalam kamar mandi. Dewi yang melihat tingkah anaknya itu tersenyum, kemudian ia berbisik ditelinga anaknya,
“Pasti kamu sedang membayangkan tubuh Tuti telanjang, dan pasti kamu berharap untuk bisa menyetubuhinya,”bisik Dewi sambil menjilat telinga anaknya.
“Ah..mamih, gak lah,”jawab Doni perlahan dan tersipu, saat jalan pikirannya diketahui oleh mamihnya itu.
“hehehe… kamu jangan bohong Don, dari cara matamu menatap tubuhnya, mamih langsung tahu,”bisik Dewi kembali.
“Kamu pengen nyobain tubuhnya sekarang, itu juga kalau kamu mau….,”goda Dewi.
“eeh…emang bisa,”tanya Doni penasaran.
“Mau…atau tidak,” Dewi kembali menggoda.
“Hhhmmmm….mau, mih, tapi mamih?,”dengan malu Doni mengiyakan.
“Hmmmm…kita main bertiga aja, kamu kuat gak?” tawar Dewi.
Dewi tidak tahu bahwa Doni sebelumnya sudah menelan obat kuat, karena Doni ingin menyetubuhi mamihnya dan memberinya kepuasan.
“kalau soal itu gak usah khawatir,”jawab Doni tersenyum.
“Oke kalau begitu,” sahut Dewi.
“Kamu sembunyi dulu sana , terus lepas bajumu semua, biar mamih yang ngatur, nanti kalau mamih kasih tanda kamu keluar,” Dewi menyuruh Doni sembunyi.
“Hhhmmm.. oke mih,”Sahut Doni sambil beranjak menuju ke ruangan tempat berganti pakaian.
“Tut, Tuti…sini sebentar,” Dewi memanggil Tuti.
“Ya bu,” sahut Tuti yang segera menghampiri nyonyanya ini.
Saat itu Dewi sedang duduk dipinggiran tempat tidurnya, Tuti sedikit ternganga saat sampai di tempat Dewi duduk, karena ia melihat tubuh nyonyanya terbayang dengan jelas dari balik daster tipisnya, Tuti melihat kedua payudara nyonyanya yang indah dan besar dihiasi kedua putingnya yang kemerahan, sementara diselangkangannya Tuti melihat bayangan hitam, Tuti menyadari bahwa nyonyanya ini tidak mengenakan pakaian dalam dibalik dasternya yang tipi situ.
“Sini, Tut, duduk sini,” Sahut Dewi sambil menepuk pinggiran tempat tidur disebelah kirinya.
“Ahh..gak usah Bu, biar saya disini saja, daster saya basah, Bu,” jawab Tuti sungkan untuk duduk disamping nyonyanya ini.
“Eh..gak apa-apa, sini duduk, saya mau tanya sesuatu,”kata Dewi.
Dengan berat hati akhirnya Tuti duduk disebelah Dewi,
“ Ada apa Bu? Ehh..den Doni sudah ke mana, Bu?” tanya Tuti.
“Ohh..Doni kembali kekamarnya, ini Tut, saya mau tanya, kamu sudah berapa lama menjanda,”tanya Dewi
“Ohh..kira-kira 1 tahun setengah, Bu, memang kenapa, Bu?”jawab Tuti sambil bertanya.
“Kamu gak kangen sama itunya lelaki,” tanya Dewi sambil tersenyum.
“Maksud ibu?”tanya Tuti yang masih belum mengerti maksud Dewi.
“Itu lho, Tut, selama satu setengah tahun kamu gak merasa kesepian, tidur gak ada yang meluk, lalu gak pernah melakukan hubungan suami istri?” Dewi menjelaskan.
“Ohh itu, eehhh..gimana yach, Bu, malu..jadinya..kangen sih lalu kalau kesepian sich udah pasti, Bu, kalau yang satu itu, gimana yach, malu Bu..”jawab Tuti tersipu.
Tuti
“kenapa malu, Tut, kan hanya kita berdua aja, kenapa harus malu sama saya, kan kita sama-sama wanita,”desak Dewi
“Eeehhh…kadang-kadang sich kepengen juga, Bu.” Jawab Tuti malu-malu.
“terus kalau lagi kepengen begituan, kamu ngapain,”kembali Dewi mendesak.
“Iiihh…ibu..malu ah….,”kata Tuti
“Ayo dong Tut, kenapa harus malu, ini kan hanya kita berdua saja yang tahu,” Dewi terus mendesak.
“Aaahh…ibu, saya..hhmmm..saya…paling kalau lagi kepengen begituan…eehhh…. Saya….eeehh….saya…. punya saya… aaahh..malu…,”jawab Tuti malu, pipinya berona merah karena malu, Doni yang mengintip semakin bernafsu melihat Tuti yang tersipu malu semakin terlihat manisnya.
“Punyamu diapain,”desak Dewi.
“Ihhh..ibu…masa saya harus bilang..,”kata Tuti
“Ayo, dong Tut, punyamu diapain,”desak Dewi kembali.
“Itu lho, Bu…di ..raba…di elus-elus sama tangan saya…sampai saya..puas,” jawab Tuti tersipu malu, rona merah dipipinya semakin terlihat.
“Oohh..hanya dielus-elus sama tangan kamu sendiri,”kata Dewi, sambil tangan kirinya mengusap-usap punggung Tuti, Tuti menggelinjang kegelian oleh rabaan tangan Dewi.
“Aaah…geli, Bu,”kata Tuti
“Kamu mau tolongin saya, saya juga sudah lama tidak merasakan punyanya laki-laki,”kata Dewi
“Eehh..Bu, gimana caranya Bu, saya kan perempuan?”kata Tuti bingung
“Kamu lakukan dengan tanganmu, kamu lakukan seperti kamu lakukan kepunyaanmu,” kata Dewi
“maksud ibu,”tanya Dewi bingung
Dewi kemudian meraih tangan Tuti lalu meletakkan tangannya tersebut diselangkangannya, Dewi membuka kedua kakinya, dan mengangkat dasternya, tangan Tuti lalu ia gerakkan di vaginanya. Tuti terperanjat dengan ulah majikannya ini, tapi karena kasihan dengan majikannya ini, iapun lalu mengikuti kemauan majikannya ini. Tangannya bergerak perlahan mengelus-elus vagina Dewi, tak lama kemudian Dewipun mulai beraksi, tangan kanannya menyelusup ke dalam daster Tuti dan menyelinap kedalam Bra Tuti. Payudara Tuti langsung diremas-remasnya, sementara tangan kirinya mengusap-usap punggung Tuti. Tuti kaget mendapat perlakuan seperti itu,
“Eeehh..Bu, jangan, Bu….ooohhh…jjaaanngan…,”tolak Tuti sambil mendesah, karena ia sudah merasakan gairah birahinya yang mulai timbul.
Mulut berkata jangan, tapi tubuh Tuti tidak menolak dengan perlakuan Dewi, tangan Tutipun semakin aktif bermain di vagina Dewi, hasrat birahi kedua wanita ini dengan perlahan bangkit. Permainan mereka semakin menjadi. Entah sejak kapan tubuh mereka berdua sudah telanjang. Dari posisi duduk di pinggiran ranjang, sekarang posisi mereka sudah di atas ranjang. Tuti terbaring mendesah-desah menikmati jilatan-jilatan lidah Dewi di vaginanya dan hisapan-hisapan yang mendera kelentitnya, perasaan Tuti melambung tinggi, tubuhnya menggelinjang menikmati serangan-serangan Dewi di vagina dan kelentitnya.
“Oooohhh… ssshhh …aaahhh …sshhh ..aahhh ….ooohhh …,”Tuti mendesah.
“Hhhmmm…ssllrrppp…ssllrrppp…en aak..Tut, ssslrrppp.. ssllrrrppp,” tanya Dewi sambil tetap menghisap kelentit Tuti dan menjilati vagina Tuti.
“Ooohh…hheeehee..enaaaakk… Bu, nikmaatt…Bu,” jawab Tuti
Tak lama kemudian Dewi memutar tubuhnya sambil mulutnya tetap bermain di selangkangan Tuti, ia menempatkan bagian selangkangannya tepat diatas muka Tuti,
“Slllrrppp… kamu ssllrrpp…juga jilati dan hisap punyaku, Tut, ssslrrppp… sslrrppp,”kata Dewi.
“Ooohhh…iiiyaaaa…Bu…, aaaahhhh…sllrrppp….ssllrrppp…a aahh…,” Tuti menuruti kehendak nyonya majikannya ini.
“Ooohh…ssslllrrppp….aaaghhh…Tu t, itilku dihissaaappp…juga…Tut, ssslrppp…,” Dewi mendesah
Doni yang melihat pemandangan itu semakin terangsang, penisnya semakin mengeras. Dengan sabar Doni menunggu kode dari mamihnya, walaupun hatinya ingin segera memasukkan penisnya ke vagina Tuti dan Dewi, nafasnya memburu tanda nafsu birahinya semakin meninggi. Sementara itu di ranjang aksi kedua wanita ini semakin menggila, keduanya saling menghisap dan mengerang silih berganti. Terlihat Dewi memberi kode kepada Doni untuk masuk ke arena pertempuran. Kedatangan Doni tidak diketahui oleh Tuti yang saat itu sibuk menikmati jilatan dan hisapan Dewi dan juga sibuk dengan aksi mulutnya di vagina Dewi. Dengan pelan-pelan Doni naik ke atas ranjang, ia melihat vagina Tuti yang sedang dijilati oleh mamihnya, lubang vaginanya yang sengaja Dewi buka terlihat jelas kemerahan. Doni melihat dalaman lubang itu berdenyut-denyut, saat mamihnya menghisap kelentitnya. Dengan perlahan Doni menyelipkan kepala penisnya ke lubang tersebut. Sleeeppppp…kepala penisnya terjepit di lubang vagina Tuti. Tuti yang merasakan lesakan di lubang kemaluannya tersentak, tapi ia tidak bisa bergerak banyak karena tubuhnya sedang di tindih oleh tubuh Dewi, tubuhnya yang mungil tidak dapat berbuat apa-apa, dan ia tidak mengetahui apa yang mengganjal di lubang kemaluannya itu.
“OOuughhh….aaapaa… itu Bu, aapa.. yang masuk ke dalam memek saya?” tanya Tuti kaget
“Tenang, Tut, tenang, nikmati saja penisnya Doni, pasti kamu gak kecewa,” jawab Dewi menenangkan.
“Eeehhh…jangan, Jangan….dimasukkan Den, den, jangan…Aaghhhh….Ppelaaan… den…peellaannn…aagggghh…kontol mu besar sekali den…ooougghh…robeeekk.. memekku,” Tuti menjerit saat Doni mulai meneroboskan penisnya ke dalam lubang vagina Tuti.
Perlahan tapi pasti batang kemaluan Doni mulai menyeruak lubang vagina Tuti yang sudah lama tidak pernah dikunjungi oleh batang kemaluan lelaki ini, sedikit demi sedikit penisnya Doni mulai terbenam dalam lubang vagina Tuti, Bleeessss…bleeeessss…Bleesssss ….dan bleesssssssss…Dengan sekali hentak Doni mendorong masuk semua batang kemaluannya sehingga terbenam seluruhnya di dalam lubang kenikmatan Tuti.
“Aaaagghhh… vaginamu sempit juga…Tut,” Doni mengerang keenakan merasakan jepitan ketat vagina Tuti.
“Oooghhh…. Ssaaakkittt…. Aaahhh…. Hmmmm…aaaaghhh… den…cabut..den.. ,” Tuti mengerang kesakitan merasakan penisnya Doni yang memenuhi rongga kewanitaannya.
“Sabar..Tut.. nanti juga gak sakit… itu karena kamu sudah lama tidak merasakan batang kemaluan lelaki,” Dewi menenangkan.
Doni mendiamkan penisnya dalam jepitan vagina Tuti, Dewi mulai kembali menjilati kelentit Tuti. Jilatan yang dilakukan Dewi perlahan-lahan mulai menghilangkan rasa sakit di vagina Tuti akibat lesakan penisnya Doni, tapi bukan hanya Tuti yang menikmati jilatan Dewi itu, Doni pun ikut merasakan jilatan mamihnya dipangkal selangkangannya, karena posisi pangkal selangkangannya berdekatan dengan posisi kelentit Tuti sehingga jilatan Dewi dapat Doni rasakan juga, Doni merasakan lidah mamihnya menyapu-nyapu pangkal selangkangannya. Doni merasakan kenikmatan yang sedikit berbeda.
“Ooohhh….ssshhh….ooohhh….sshhh h…,”erangan Tuti mulai terdengar lagi, isak tangisnya telah berganti dengan lenguhan nikmat akibat jilatan Dewi.
Tuti sudah mulai tidak merasakan sakit di vaginanya, tapi ia merasakan enak akibat vaginanya dipenuhi oleh penisnya Doni, Doni sendiri mulai merasakan vagina Tuti berdenyut-denyut, seolah meremas-remas penisnya dengan lembut. Dengan tidak menunggu lebih lama lagi Doni mulai mengeluar masukkan penisnya di lubang vagina Tuti. Sssrtttt…. Bleeessss…. Srrttttt…. Bleeeesss…. Sssrrttt…. Bleeessss…..Dewi yang masih asyik menjilati kelentit Tuti, melihat bagaimana penisnya Doni keluar masuk di vagina Tuti dengan perlahan, dan iapun mendengar suara desahan keenakan dari Tuti, menyadari bahwa Tuti sudah dapat menikmati lesakan-lesakan penisnya Doni.
Dewi bangkit dari posisinya, ia berbaring di samping Tuti, sambil tangannya bermain di payudara Tuti. Kedua payudara Tuti silih berganti ia remas-remas dan ia hisap-hisap, jilatannya bermain di kedua putingnya, gigitan-gigitan lembut ia lakukan juga di kedua putingnya tersebut, akibatnya erangan dan desahan nikmat Tuti semakin kerap terdengar. Tuti merasakan keenakan yang sangat luar biasa yang belum pernah ia alami selama ia berhubungan dengan seks dengan suaminya, batang kemaluan Doni yang besar memenuhi rongga wanitanya, gesekan-gesekan penisnya Doni di dinding vaginanya terasa sangat erat, di tambah dengan hisapan dan jilatan serta gigitan Dewi di kedua payudara dan putingnya, Tuti merasakan keenakan, matanya kadang terpejam kadang mendelik, mulutnya mendesah dan mengerang.
“OOuughh….eenaaakk…aaaghhh….ss shhh… den…enaaak… kontolmu… enak den… aahhh…genjot terusss..memekku… yaaaaaahhh….,” Tuti mendesah keenakan.
“Ssshhh…uuughhh… memekmu…seempiittt…Tut, enaaakk… ******!” Donipun mengerang kenikmatan.
“Hhhmmm…ssslrrppp…ssslrrppp…, betull kan Tut, kamu pasti enak..sslrrppp…,” gumam Dewi
“Iiiiyyaaaahhh… buuu… ooougghh… penisnya den Doni…. Enaaakk.. besaarr… lebih bessaaar… dari padaaaaa… punya suamiku… aaaagghhh…,”erang Tuti.
Nampak kepala Tuti bergoyang kekiri dan kekanan, kadang-kadang terangkat saat lesakan penisnya Doni masuk lebih dalam di lubang vaginanya, lenguhan dan desahannya semakin sering terdengar, gairah birahinya yang terpendam selama satu setengah tahun hari ini terlampiaskan, gejolak birahinya meledak-ledak menikmati sodokan-sodokan penisnya Doni, Tuti merasakan puncak pendakian birahinya akan segera tercapai, ia merasakan lahar kenikmatannya akan segera meletup,
“Ooohhh….den….terussss….genjot memekku yang cepaaatt…den, yang kuaaat… den….aaawwww….teeruusss…dennn… .yaaah…beegitttuuu…d eeen… makiiiinn ceppaatt… aaaghhh…dennn… makin kuaaatt…deen…Aaaakuuuu…oooghhh h… mmmau..kheluuarrrrr… den…oohh..enaaaakkkk” Tuti mengerang sejadi-jadinya merasakan nikmatnya digenjot oleh Doni.
Mendengar erangan Tuti, Doni semakin mempercepat keluar masuk penisnya di dalam lubang vagina Tuti, dan saat Doni merasakan kedutan kuat di batang kemaluannya iapun lalu menekan penisnya sekuat-kuatnya kedalam lubang kenikmatan Tuti, dan sssrrrrrrr…. Sssrrrrr……. Sssrrrrrrr….. Sssssrrrrrr…… lubang vagina Tuti akhirnya menyemburkan lahar kenikmatannya yang sudah terpendam selama satu setengah tahun.
“Ooouugghhh…deeennn…. Eeenaaaakkk….. nikkmaaattt….,hhhmmmm,” Tuti mengerang keenakan saat vaginanya mulai menyemburkan cairan kenikmatannya.
Doni mendiamkan sejenak penisnya dalam lubang vagina Tuti, untuk memberi kesempatan kepada Tuti menikmati puncak kenikmatan yang diraihnya, dan Doni merasakan vagina Tuti berkedut-kedut dengan kuat seiring dengan menyemburnya cairan kenikmatannya. Terlihat nafas Tuti masih memburu, matanya terpejam, dimulutnya tersungging senyuman kepuasan, untuk pertama kalinya Tuti merasakan kenikmatannya bersetubuh dan untuk pertama kalinya juga Tuti mencapai puncak orgasmenya, selama menikah dan melakukan hubungan badan dengan suaminya belum pernah Tuti merasakan kenikmatan bersetubuh apalagi sampai orgasme, selama ia menikah yang ia lakukan hanya melayani suaminya saja, apalagi kalau suaminya melakukan hubungan seks tidak pernah melakukan pemanasan dulu seperti yang ia dapatkan sekarang ini. Setelah nafasnya mereda Tutipun membuka kedua matanya, tapi ia jadi tersipu malu saat tahu bahwa kedua majikannya sedang menatap dirinya, mukanya langsung memerah, kedua tangannya secara otomatis menutupi kedua payudaranya, ia merasa malu, terutama kepada majikan mudanya itu, dari pertama ia bekerja dirumah ini, sering ia mencuri pandang kepada majikan mudanya ini, dan ia sering membicarakan kerupawanan majikan mudanya itu dengan Narti dan Ani, kedua temannya itu juga sering mencuri-curi pandang majikan mudanya itu. Gerakan tangan Tuti yang menutupi kedua payudaranya itu, membuat Doni dan Dewi tersenyum, apalagi Doni yang penisnya masih terbenam dilubang kenikmatan Tuti, tersenyum lebar dengan perbuatan Tuti tersebut.
Dengan perlahan-lahan Doni mulai kembali memaju mundurkan penisnya di lubang kenikmatan Tuti, Tuti yang masih tersipu malu terhenyak dengan ulah Doni, iapun melenguh merasakan gesekan batang kemaluan Doni di dinding vaginanya, mukanya semakin memerah saat kedua tangan Doni mulai menggerayangi kedua payudaranya yang sedang ditutupi oleh tangannya, tangan Doni mulai menyingkirkan tangan Tuti sehingga kembali payudaranya yang masih ranum dan tidak terlalu besar terpampang dimata Doni, kemudian diremas-remasnya kedua bukit kembar itu sambil tetap menggenjot penisnya keluar masuk lubang vagina Tuti dengan perlahan, erangan Tutipun kembali terdengar, nafsu birahinya yang tadi sudah padam, perlahan mulai menyala kembali. Irama genjotan Doni yang pelan tapi teratur, membuat Tuti merem-melek menikmati sensasi gesekan penisnya Doni di dinding vaginanya, lenguhan dan desahannya kerap terdengar dari mulutnya, apalagi remasan tangan Doni dan pilinan jemarinya bermain di kedua payudaranya dan kedua putingnya yang semakin menegang, Tuti merasakan kenikmatan yang sangat dan terutama ia merasa senang bahwa majikan mudanya ini sedang menyetubuhinya, ia juga bangga bahwa majikan mudanya ini sedang menikmati lubang vaginanya.
“OOoohhh…den… aaaghh…den…enak… den…penismu…enak sekali.. terus den genjot vaginaku…aaaghh…hhhmmm…aaaaggh h..,”desah Tuti.
“Enak..Tut, oooogghh… vaginamu..juga enak…,”Donipun mengerang keenakan merasakan jepitan vagina Tuti di penisnya.
Dewi yang melihat Doni mulai menggenjot Tuti kembali, iapun beranjak kearah Doni. Tubuh Doni ia peluk dari belakang dan Dewipun mulai menciumi punggung, telinga, tengkuk Doni, dan salah satu tangannya bergantian mengelus-elus antara dada Doni dan biji peler Doni, Doni yang merasakan serangan Dewipun mulai melenguh, ia merasakan sensasi nikmat yang berbeda, terutama saat tangan mamihnya mengelus-elus biji pelernya yang sedang bergoyang akibat ia sedang memaju mundurkan penisnya dilubang vagina Tuti, ciuman Dewi di punggung dan tengkuknya membuat ia merinding kegelian.
Penisnya semakin gencar keluar masuk di vagina Tuti, gerakannya semakin bertambah cepat, Tuti yang merasakan penisnya Doni semakin gencar keluar masuk dilubang vaginanya bertambah melenguh, desahan dan erangannya semakin menjadi, cairan pelicin semakin banyak mengalir dari lubang vaginanya, bercampur dengan cairan pelicin yang keluar dari penisnya Doni, akibatnya lubang vaginanya semakin basah, suara berkecipak aneh terdengar akibat beradunya kedua kemaluan Tuti dan Doni. Bagi Doni dan Tuti suara ini menambah gairah birahi mereka, nafsu birahi mereka semakin membara seiring dengan semakin kerasnya suara berkecipak dari kemaluan mereka.
“Oooogghhh… Den. Enaaaak… teruss.. genjot…teruss….yyaaaahh… aaahhh.. Den kontolmu… betul-betull enaaakk…terus den terus…. Genjot teruss…vaginaku ooooohhh.. den… ooohhh…,” Tuti merintih-rintih keenakan.
Sambil kedua tangannya tetap meremas-remas kedua payudara Tuti, genjotan-genjotan Donipun semakin bertambah cepat, sementara itu Doni merasakan elusan-elusan di biji pelernya berubah dengan remasan-remasan lembut, tangan mamihnya tidak mau lepas dari biji pelernya yang sedang bergoyang-goyang seirama dengan gerakan maju mundur penisnya.
“Hhmmm…enak. Sayang … enak vaginanya Tuti…hhmmmm…jangan lupa sayang sisakan buat mamihmu ini…sisakan kontolmu itu sayang….hhmmmm.,”Dewi berbisik lirih di telinga Doni
“Oouughh…sshh…aagghhh… pasti mih, penisku ini selalu buat mamih, eenaaakk mih, seret…dan rapet…semppitt…ooogghh….,”jawa b Doni
“Oohhh… Den… Ooohhh… percepat genjotanmu.. den… aaaghh..aaakhuu.. mau keeluaarrr…laaggiii…iyaaa deenn….,” rintih Tuti yang merasakan puncak kenikmatannya akan ia raih kembali untuk kedua kalinya.
Doni tersenyum mendengar jeritan Tuti, hatinya membatin obat kuat yang kuminum betul-betul ampuh, untuk kedua kalinya Tuti kembali mau meraih puncak kenikmatannya,
“Hhhmmm…aaggghhh… keluarin Tut, keluarin….enaaakk.. Tut….kontolku enak… ini terima kontolku…aaaghhh,”kata Doni sambil mempercepat genjotannya.
“Iyyaaahh.. den…iyaaaahhh… kontolmu enaaak..sekaliii…ooooughhh.. den aku gak kuat lagi den…aaaghhh…den….aaaghh…aaakku keluar deeenn…,”Tuti menjerit keenakan dan,
Sssssrrrrrrr….. Ssssrrrrrr…. Sssssrrrrrr… Ssrrrrrrr….. Ssssrrrrrr….. vagina Tuti memuntahkan lahar kenikmatan untuk kedua kalinya, lubang vaginanya semakin basah oleh cairan kenikmatannya. Nafas Tuti memburu menikmati puncak pendakian yang berhasil ia raih untuk kedua kalinya, dadanya naik turun seirama dengan nafasnya, kedua payudaranya bergoncang dengan perlahan mengikuti naik turun dadanya. Doni mendiamkan penisnya terbenam di lubang vagina Tuti untuk memberikan kesempatan kepada Tuti menikmati sensasi orgasmenya. Dewi tersenyum melihat Tuti kelojotan untuk kedua kalinya oleh terjangan penisnya Doni, dan ia kagum melihat stamina Doni yang berhasil mengalahkan Tuti dua kali sementara Doni sendiri belum. Dewi terkejut karena dulu Doni selalu kalah bila bermain dengannya, Dewi jadi semakin penasaran ingin merasakan lagi kenikmatan disodok oleh penisnya Doni, Dewi penasaran apakah ia akan kalah seperti Tuti atau ia dapat mengatasi keperkasaan anaknya, Dewi tidak tahu bahwa Doni telah minum obat kuat sebelum pertarungan ini. Dewi memagut bibir Doni dengan penuh nafsu, vaginanya sudah ia rasakan sangat gatal ingin segera menikmati sodokan-sodokan penisnya Doni, lidahnya menerobos kerongga mulut Doni, yang disambut oleh Doni dengan penuh nafsu juga sementara penisnya Doni masih terbenam dilubang vaginanya Tuti, keduanya asyik berciuman sementara Tuti yang masih menikmati sisa-sisa orgasmenya melihat pemandangan ini dimana kedua ibu dan anak majikannya asyik berpagutan dengan penuh nafsu. Sementara Tuti melihat tangan Doni mulai meremas-remas kedua payudara Dewi, desahan-desahan birahi mereka terdengar, sementara Tuti merasakan vaginanya yang masih disumpal oleh penisnya Doni dan ia merasakan penisnya Doni itu semakin mengeras dan berdenyut-denyut, walaupun sudah dua kali Tuti mencapai orgasme, tapi ia masih ingin merasakan lagi kemaluan majikan mudanya yang ganteng ini, tapi ia tahu diri untuk melihat atraksi yang akan dilakukan oleh Dewi. Dewipun mendorong tubuh Doni sehingga penisnya terlepas dari jepitan vagina Tuti, plooop…. Saat penisnya Doni terlepas dari jepitan vagina Tuti, dan Tuti melihat penisnya Doni itu bergoyang setelah terlepas dari jepitan vaginanya.
Tubuh Doni mengikuti dorongan Dewi, sehingga tubuh Doni berbaring di tempat tidur tersebut, Dewipun mengikuti dorongannya dengan menaiki tubuh Doni perlahan, selama itu kedua mulut mereka tidak terlepas berpagutan dengan mesra dan penuh nafsu. Dewipun mulai menggesek-gesekkan vaginanya di batang kemaluan Doni, sehingga membuat penisnya itu semakin keras, dengan tidak sabar Dewi mulai meraih kemaluan anak tirinya itu, diarahkannya kelubang vaginanya. Slleeeeppppp….. penis Doni terjepit oleh bibir vagina Dewi dan bleesssss…penis Doni mulai menyeruak di lubang vagina tersebut saat Dewi mulai mendorong pantatnya, lalu bleeessss….. penis itu semakin masuk kedalam lubang vagina tersebut seiring dengan dorongan pantat Dewi, dan akhirnya terbenam seluruhnya di lubang kenikmatan Dewi, setelah dengan sekali hentakan kuat Dewi mendorong pantatnya lebih kebelakang,
“Aaaghhhh….. Doon , masuk semua kontolmu….di memekku….aaaahhh sudah lama tidak kurasakan besarnya penismu ini….oooogghhhh,”Dewi melenguh merasakan penisnya Doni yang terbenam di lubang vaginanya.
“Miiihhhh… aaaaghhh…memeknya masih sempit saja…aaaahhh…enak..Mih..enak,” Donipun mengerang keenakan merasakan sempitnya lubang vagina Dewi.
Tanpa menunggu lama, Dewi mulai menggerakkan pantatnya maju mundur, sehingga penis Doni keluar masuk dengan sendirinya, sementara Dewi menggoyang pantatnya. Bibirnya semakin bernafsu memagut bibir Doni, tubuh keduanya seolah menyatu, mata Tuti terbelalak melihat aksi nyonya majikannya ini, Tuti tidak menyangka nyonya majikannya yang lembut bias beraksi liar seperti yang ia saksikan sekarang. Dewi yang sudah berpuasa selama satu minggu inipun semakin liar beraksi diatas tubuh Doni, goyangan pantatnya betul-betul hebat, kadang-kadang pantatnya maju-mundur, kadang-kadang pantatnya ia putar-putar, Dewi yang sedang beraksi merasakan penisnya Doni menyodok-nyodok lubang kemaluannya dengan keras dan tegang, kadang-kadang ia rasakan penisnya Doni seperti sedang mengebor kemaluannya saat ia putar pantatnya.
“Ooohhhh…enak…Don, enaknya penismu….aaaahhh…hhmmmmhh…aaaa ghh kamu enak Don, enak vagina mamih…aaahhh….,”Dewi merintih keenakan.
“Aaaghh… Mih, nikmmat sekali…vagina mamih betul-betul legit…ooohhh… Mih, terus mih goyang terus…ooohhh…putar mih, putar,” Doni mengerang merasakan keenakan penisnya yang sedang keluar masuk di vagina Dewi dan kadang-kadang ia merasakan penisnya seperti diputar-putar saat Dewi memutar pantatnya.
Saat itu Dewi sedang dalam posisi menduduki Doni, sambil memaju mundurkan pantatnya dengan penuh semangat, Tuti melihat kedua payudara Dewi bergoyang seiring dengan maju mundur pantatnya, lalu dengan memberanikan diri Tuti mulai mendekati Dewi, dan mulai meremas-remas kedua payudara Dewi, tidak hanya tangannya yang beraksi, tapi mulut Tutipun mulai ikut beraksi kedua payudara Dewi silih berganti ia jilati dan hisap-hisap, kedua putingnya tak luput dari jilatan dan hisapan Tuti, sehingga kedua putingnya Dewi semakin mengeras.
“Aaaghhh…Tut, hisapp…yaaah…oohhh…terus hisapp… ooohhh…,”Dewi mendesah keenakan menikmati serangan Tuti dipayudaranya dan serangan penisnya Doni di kemaluannya.
Gerakannya maju mundurnya semakin bertambah cepat, dengan berpegangan di tubuh Tuti yang sedang asyik bermain dipayudaranya, Dewipun mengangkat pantatnya sedikit dan semakin gencar memaju mundurkan pantatnya tersebut, akibatnya penisnya Donipun semakin gencar menyodok-nyodok vagina Dewi, gerakan Dewi mulai tidak beraturan, tubuhnya kadang-kadang mengejang, nampaknya Dewi hamper mencapai puncak kenikmatannya.
“Aaagghh….Don,, enaaak…sekaliiii…Don, ooogghhh…..aaakuu…mau keluar Don, aaagghhh…penismu memang ….nnniiikkkmaaat,”Dewi mengerang dan …
“Doooonnniiiii, aaaaghhhh….mmaammihh keluar… sayang…aaaahhh…. Nikmat ssaaayyyaangg…..oooghhhh….,”De wi merintih, tubuhnya mengejang saat vaginanya memuntahkan lahar kenikmatannya,
Sssrrrrrrr….. sssrrrrrr… ssssrrrrr….. sssrrr….. sssrrrr…. Lahar kenikmatan Dewi menyembur membasahi batang kemaluan Doni yang sedang berada dalam jepitan vaginanya itu.
“Enaaaakk…mih, eeenaaakk… penisku …Mih., keluarin mih…keluariin ooohhh,” Donipun merintih
Doni melihat tubuh mamihnya mengejan-ejan, sementara itu Tuti yang sedang menghisap-hisap payudara Dewi merasakan tubuh nyonya majikannya itu bergetar dengan hebat, saat ia mendengar teriakannya yang memberitahukan bahwa dirinya telah mencapai puncak kenikmatannya. Tubuh Dewi bergetar dengan hebatnya saat ia merengkuh puncak kenikmatannya, dinding vaginanya berkedut dengan kuat seperti yang dirasakan oleh Doni pada batang kemaluannya, seolah-olah meremas-remas penisnya itu, sambil berpegangan pada tubuh Tuti yang masih memainkan kedua payudaranya, Dewi menikmati sensasi orgasmenya kali ini, ia harus mengakui bahwa sekarang ini ia dikalahkan oleh anaknya dalam pertempuran ini, nafasnya masih terdengar memburu, hisapan dan remasan Tuti dikedua payudaranya semakin menambah nikmatnya orgasme kali ini, dimulutnya tersungging senyum kepuasan, matanya masih terpejam menikmati puncak kenikmatan yang berhasil ia raih. Kedutan-kedutan dinding vagina Dewi mulai berhenti, nafas Dewi mulai kembali normal, tubuh Dewi mulai bergerak maju mundur dengan perlahan, dan penisnya Donipun keluar masuk lagi di lubang vagina Dewi, Dewipun mengangkat kepala Tuti yang sedang asyik mempermainkan payudaranya, dilumatnya bibir Tuti dengan penuh nafsu, lidahnya menerobos kedalam rongga mulut Tuti, dan menari-nari didalam mulut Tuti, Tuti yang mendapat serangan yang mendadak menjadi kaget, karena belum pernah selama ini ada orang yang mencumbunya seperti itu apalagi wanita, matanya terbelalak, tapi setelah tangan Dewi mulai meremas-remas payudaranya.
Tutipun mulai mendesah, tak mau kalah dengan aksi Dewi, Tutipun membalas serangan Dewi, tangannya mulai meremas-remas payudara Dewi, mulutnya mulai belajar membalas lumatan yang dilakukan oleh Dewi, lidahnya mulai ikut menari dengan lidah Dewi, lidah mereka bergiliran menerobos mulut mereka. Bagian tubuh atas Dewi sedang asyik bertempur dengan Tuti, sementara bagian bawahnya asyik menggoyang-goyang penisnya Doni, setelah Dewi mengeluarkan lahar kenikmatannya, lubang vaginanya menjadi basah sehingga penisnya Doni lebih leluasa keluar masuk, melihat aksi kedua wanita itu Donipun tidak mau tinggal diam saja, iapun mulai menaik turunkan pantatnya seiring gerakan maju mundur Dewi, saat Dewi memajukan pantatnya Donipun menurunkan pantatnya, dan saat Dewi memundurkan pantatnya Donipun menimpali dengan menaikkan pantatnya sehingga penisnya lebih dalam menerobos lubang vagina Dewi. Tangan Donipun tidak mau ketinggalan, dengan tangan kanannya mulai beraksi di vagina Tuti yang posisinya kebetulan sedang membelakangi dia, dengan lembut digosok-gosoknya vagina Tuti dari belakang, sampai ke kelentitnya, sehingga membuat vagina Tuti semakin basah, Tuti yang mendapat serangan atas bawah mulai mendesah-desah, Dewipun mengalami hal yang serupa terutama saat Doni menaikkan pantatnya sehingga penisnya masuk lebih dalam di vaginanya, iapun melenguh-lenguh, suara desahan, erangan, lenguhan mereka bertiga saling bersahutan, keringat sudah membanjiri tubuh mereka bertiga.
“Oooohhhhh….hhhmmmm….aaaahhh…h hmmmm… ssshhh… hhmmm… aaahhh,” desah Dewi keenakan.
“Hhhmmm…aaahhh….ooougghh…hhhhm mm ..sshhhh…aaaahhh…hhhmmmmm,” Tutipun mendesah keenakan.
“Oouughhhh…Mih, vaginamu enak sekali…aaaghhh… ooohhh… terus goyang, Mih, terus, yaaa…aaahhh…,”erang Doni menikmati goyangan Dewi.
Tubuh Dewi menggelinjang saat tangan kiri Tuti mulai merambah selangkangannya, tangan Tuti mulai menggosok-gosok kelentitnya dengan lembut, kadang-kadang jari jemari Tuti memilin-milin kelentit tersebut, gosok-pilin, gosok-pilin tangan Tuti bergantian melakukan hal tersebut di kelentit Dewi, Dewi semakin merasakan keenakan mendapat perlakuan tangan Tuti di kelentitnya tersebut. Saat tangannya sibuk dengan vagina Dewi, Tutipun mendapat serangan yang lebih hebat dari tangan Doni, tangan Doni yang tadinya hanya mengelu-elus vagina Tuti dari luar, sekarang jari tengah Doni mulai menerobos masuk kedalam lubang kenikmatan Tuti, Tutipun terhenyak oleh gerakan jari Doni,
Tuti mulai merasakan gesekan-gesekan tangan Doni didinding vaginanya, memang tidak seketat saat penisnya Doni yang menggesek dinding vaginanya, jari tengah Doni mengocok vagina Tuti seiring dengan kocokan kontoknya di vagina Dewi, kedua wanita ini yang vaginanya sedang dikocok oleh Doni semakin mengerang-erang keenakan. Tidak cukup dengan jari tengahnya saja, Donipun mulai memasukkan jari manisnya kedalam vagina Tuti, Tuti semakin keenakan dengan bertambahnya jari tangan Doni yang masuk di lubang vaginanya, gesekan-gesekan yang dirasakan oleh Tuti di dinding vaginanya bertambah, gerakan tangan Doni yang mengocok vagina Tuti kadang-kadang diselingi dengan menggoyang kekekiri-kekanan kedua jarinya persis dibelakang kelentitnya berada dan ibu jarinya bergerak dikelentitnya, sehingga membuat Tuti semakin menggelinjang merasakan gesekan dilubang vaginanya dan dikelentitnya.
“Oooohhhh.. den, ooohhh…hhhmmm…eeenaaak… Den… hhhmmm.. terus… Den,” erang Tuti keenakan.
“Oooohhh…. Itilku… Tut, itilku gesek…terus… ooogghhh…Don, tekan lebih dalam, kontolmu itu Don….lesakkan … sodok..memek mamihmu ini…aaagghh,” Dewi mengerang-erang menikmati sodokan batang kemaluan Doni dan gesekan tangann Tuti di kelentitnya.
“Aaaghh….kaliaann…juga enak…oooghhh…begini Mih, enak Tut….aaahhh,” erang Doni sambil menekan penisnya lebih dalam dilubang vagina Dewi, dan jari-jemarinya semakin aktif menggesek kelentit dan dinding vagina Tuti.
Dewi dan Tuti betul-betul menikmati gocekan-gocekan Doni di lubang kemaluan mereka, dan Donipun menikmati jepitan vagina Dewi di penisnya, tubuh mereka semakin banjir oleh keringat, mereka bertiga berpacu untuk mencapai puncak kenikmatan mereka, suara lenguhan dan erangan mereka semakin sering terdengar,
“Oooghhh…enak….enak…Don…terus sayaaang…sodok lebih dalam memek mamihmu iiinnnii….aaaaggghhh…iiiyaaa…t erusss…Don…terusss…b uat mamihmu ini puaaasss….sssaaayyaaang…aaaagh hh….,” Dewi mengerang-erang keenakan.
“Ddeeeennn….aaaghh…eeenaak…Den …terusss…goyang…tang anmu…Denn… aagghhh…tekan..Den…tekaaan…leb ih kuat…Den…aaagghh…enaaak,” erang Tuti menikmati tekanan jari jemari Doni di kelentit dan dinding vaginanya.
Donipun semakin menyodokkan penisnya lebih dalam lagi kedalam vagina Dewi, sehingga pangkal selangkangan mereka berdua sering beradu akibatnya dan menimbulkan suara plak-plok yang aneh, yang menambah gairah birahi mereka semakin membara, dan tangannyapun semakin aktif dan kuat menekan-nekan kelentit Tuti dan dinding vaginanya. Donipun merasakan kenikmatan yang sangat saat penisnya melesak lebih dalam dirongga vagina Dewi, ia merasakan ujung kepala penisnya bersentuhan dengan dinding rahim Dewi,
“Aaaaaghhh…. Mih, enak sekali vaginamu ini…oooughhh…,”erang Doni
Dan, tubuh Tuti terlihat mulai mengejang dan mengejut-ngejut, Tuti merasakan desakan lahar kenikmatannya yang hendak menerobos keluar dari lubang vaginanya tidak dapat ia pertahankan lagi, dengan melenguh panjang Tutipun akhirnya memuntahkan lahar kenikmatannya. Sssrrrr…. Ssssrrrrrr… ssssrrrrr… sssrrrrr… ssssrrrr… sssrrrr…. Sssssrrr….. vaginanya memuntahkan cairan kenikmatan untuk yang ketiga kalinya, tapi kali ini cairan yang dikeluarkan sangat banyak dan mengalir turun serta membasahi tangan Doni.
“OOOuughhhh… Den, aaku keluar laagii….aaaaghh…enakk…Den…enak …sekali. ooooggghhhh…. Den…..,”Tuti mengerang, tubuhnya bergetar dengan hebatnya, pantatnya mengejang, lubang vaginanya berkedut dengan sangat kuat seiring dengan menyemburnya cairan kenikmatannya.
Dewi yang tahu bahwa Tuti mengalami orgasme lagi, menambah sensasi kenikmatan yang sedang dirasakan oleh Tuti dengan meremas-remas kedua payudara Tuti, sambil tetap memaju mundurkan pantatnya dengan cepat, remasan tangan Dewi di kedua payudaranya menambah kenikmatan buat Tuti, tubuh Tuti semakin bergetar, nafasnya terengah-engah, akhirnya tubuh Tuti ambruk kedua kakinya tidak kuat lagi menopang tubuhnya, Tuti merasakan kakinya yang sedang berlutut menjadi lemas karena puncak kenikmatan yang berhasil ia raih.
Setelah Tuti ambruk di samping mereka, Dewi mulai memeluk Doni dan mulai menaik-turunkan pantatnya dengan cepat, sementara Doni dengan kedua tangannya mulai memegang dan meremas-remas kedua bongkah pantat mamihnya itu, dan juga mulai mengimbangi gerakan mamihnya, saat mamihnya menurunkan pantatnya ke bawah tangannya membantu dengan menekan pantat tersebut kebawah dan menyodokkan penisnya keatas, gerakan mereka berdua semakin bertambah cepat, nafas keduanyapun semakin memburu dan terengah-engah. Kedua mulut merekapun sibuk saling melumat dan lidah keduanya sibuk menari, desahan dan lenguhan mereka semakin menjadi, gerakan mereka semakin liar, goyangan mereka semakin cepat dan tidak beraturan,
“Oooughhh…hhhhmmm…Don,. Hhhmmm…ssslrrppp… aaaaghh…terus…ssslrpp.. aaagghh lebih cepat sayaang… ssslrppp..hhmmmm…,”Dewi melenguh sambil tetap memagut bibir Doni.
“Oooghh…sssshhhh…aaahh…hhhmmm… iiyaaa… Mih…. Aakuu mau keluar.. aaaaaghhh…. Mih…,” lenguh Doni sambil mempercepat gerakannya.
Penis Doni semakin cepat keluar masuk di lubang vagina Dewi, tangan Doni semakin kuat meremas kedua bongkah pantat Dewi, dan semakin kuat menekan pantat Dewi kebawah saat ia mendorong keatas penisnya tersebut.
“Iiiyaaa… barengan kita Don, Mamih…jugaa…mau kellluaar…oooghhh… Dooon ,” Dewipun mengerang.
Dengan hentakan kuat Doni menekan penisnya dalam-dalam di lubang vagina Dewi, sementara kedua tangannya meremas dengan kuatnya dan menekan kebawah pantat Dewi, tubuh Donipun mengejang, pada saat bersamaan tubuh Dewipun bergetar dengan hebat, vaginanyapun berkedut dengan kuat. Crreeeettt…..ssssrrrrrr….ccree eettt…..ssssrrrrr, batang kemaluan Doni menyemburkan air maninya berbarengan dengan vagina Dewi yang menyemprotkan cairan kenikmatannya, Dewi merasakan hangat pada dinding vaginanya akibat siraman spermanya Doni, sementara Doni merasakan penisnya menjadi hangat akibat disirami oleh cairan kenikmatan Dewi, dan Doni juga merasakan dinding vagina Dewi meremas-remas kuat batang penisnya, sementara Dewi juga merasakan penisnya Doni berkedut-kedut dengan kuat. Terdengar nafas mereka berdua terengah-engah, kedua tubuh mereka seolah menyatu, keringat mereka berdua membanjiri sprei, senyum kepuasan menghiasi ketiga orang ini, mereka bertiga betul-betul merasa puas dengan permainan seks pagi ini, ketiganya terkapar kelelahan kehabisan tenaga.
Like This..?? Share This Article...........
Like This..?? Share This Article...........
0 komentar:
Posting Komentar