Tidur selama menempuh penerbangan jarak jauh kadang berguna untuk mengurangi jet lag. Ganti posisi sesering mungkin, sebab tidur dalam posisi duduk lama-lama dapat menyebabkan trombosis yang bisa memicu kematian.
Jurnal of Medicine edisi pekan lalu melaporkan, seorang wanita muda yang sehat mendadak tewas dalam sebuah penerbangan transatlantik. Ia mengalami Deep Vein Trombosis (DVT), yang dipicu oleh penggumpalan darah.
Sesaat sebelum berangkat, wanita berusia 36 tahun itu diketahui minum obat tidur. Selama penerbangan jarak jauh tersebut, ia tidur begitu nyenyak sampai-sampai tidak pernah mengubah posisi duduknya.
Kurang lebih 7 jam sejak lepas landas, ia terbangun untuk buang air kecil. Dalam perjalanan menuju toilet, tiba-tiba wanita itu tumbang dan tak sadarkan diri.
Seorang dokter yang kebetulan ikut dalam penerbangan tersebut sempat mencoba memberinya pertolongan. Wanita berkebangsaan Amerika Serikat itupun masih bernapas hingga pesawat mendarat darurat di Boston 2 jam kemudian.
Wanita itu akhirnya dilarikan ke Massachussetts General Hospital dalam kondisi koma, sebelum akhirnya tewas. Pemeriksaan menunjukkan, wanita itu mengalami embolisme paru akibat pembekuan darah di betis yang terbawa ke paru-paru.
Dikutip dari Telegraph, Minggu (25/7/2010), tubuh manusia memang tidak didesain untuk tidur dalam posisi duduk. Tekanan yang besar di panggul dapat menghambat aliran vena yang ada di betis, sehingga terjadi stagnansi.
Aliran darah yang lambat memicu terjadinya penggumpalan darah, yang bisa terbawa ke jantung maupun paru-paru. Risiko ini menjadi lebih besar jika tekanan oksigen di dalam kabin pesawat terlalu rendah.
Penggunaan obat tidur pada wanita tersebut juga meningkatkan risiko penggumpalan darah. Obat tersebut membuat otot dan pikiran terlalu rileks, sehingga wanita itu tidak banyak bergerak selama tertidur lelap.
Risiko DVT paling banyak dialami pada penerbangan jarak jauh, yang memakan waktu di atas 8 jam. Faktor lain yang meningkatkan risiko DVT adalah varises, kehamilan, rokok dan kontrasepsi atau terapi hormonal yang sejenis.
Untuk mengurangi risiko, disarankan untuk sesekali bangkit dari tempat duduk dan berjalan-jalan ke toilet. Bagi yang memiliki risiko tinggi, dokter dapat memberikan injeksi antikoagulan atau anti-penggumpal.
0 komentar:
Posting Komentar