Sebagai seorang pecinta dunia novel di Indonesia, tentu pernah membaca atau minimal mendengar tentang pria asal belitong yang satu ini.
Andrea hirata merupakan seorang sarjana lulusan Universitas Indonesia yang kemudian melanjutkan studinya di Universitas Sorbonne Prancis dan Shefilled Hallam United Kingdom. Tesisnya yang bertema ‘Eknomi telekomunikasi’ telah mendapat penghargaan dan dia lulus dengan IP cumlaude di dua universitas tersebut. Andrea atau yang akrab dipanggil ikal telah menulis empat buah buku yang dengan hebatnya mampu menyandang predikat best seller pada masing-masing buku.
Pertama kali buku Andrea masuk ke dalam pasaran, hampir setiap orang pecinta buku membicarakannya. Sehingga saya menjadi penasaran dengan novel tersebut dan membeli novel pertama yang berjudul laskar pelangi . Karena novel itu sudah ada di tangan saya, sayapun mecoba untuk membacanya. Di luar dugaan, saya sangat tertarik sampai saya ketagihan untuk membaca halaman demi halaman dalam buku tersebut. Baru satu buku saja, saya sudah merasakan bahwa Andrea Hirata adalah seorang penulis hebat yang mampu membuka mata kita tentang dunia, tentang Indonesia.
Setelah hatam membaca laskar pelangi, saya langsung mencari dua buku setelahnya yaitu ‘Sang Pemimpi dan ‘Edensor’. Thanks buat adek ku yang sudah memberi kado novel Sang Pemimpi di hari ultah saya. Saya semakin kagum dengan pria lulusan Sorbone ini. Di setiap bukunya selalu memberikan makna yang berbeda serta cita rasa yang berbeda pula. Terlebih kisah tersebut adalah kisah nyata tentang masa lalunya, hal ini lah yang membuat saya makin mencintai buku ini.
Tidak lama setelah itu, muncul karyanya yang lain, ‘Maryamah Karpov’. Karya yang satu ini merupakan karya terakhir dari tetralogi Laskar Pelangi.
Melalui tulisan ini saya akan membahas satu persatu buku karya Andrea Hirata tersebut.
Laskar Pelangi
“..and to every action, there is always an equal and opposite or contrary reaction..”
Kalimat itu merupakan kalimat dari Isaac Newton tentang hukum aksi reaksi, dan kalimat itu juga menjadi bagian awal dari buku ini. Saya yakin hampir setiap orang yang membuka ini pasti akan berpikiran, “wah berat nih”, namun saya yakin setelah dia membuka halaman pertama , kedua, dan seterusnya dia akan terbawa oleh manis ceritanya, serunya petualangan ke sepuluh orang anak kecil yang menamakan diri mereka ‘Laskar Pelangi’.
Ikal, itulah nama yang digunakan oleh Andrea Hirata untuk dirinya sendiri di buku tersebut. Entah mengapa di dua buku pertama saya selalu menganggap bahwa Andrea tidak menempatkan dirinya sebagai tokoh utama. Dia lebih menjelaskan tentang sahabat-sahabat yang ada di sekitarnya yang mampu memberikan inspirasi ke dalam kehidupannya.
Lintang, dia lah salah satunya. Mungkin ini alasan kenapa Isaac Newton menjadi pembuka dalam buku ini. Lintang merupakan sahabat ikal yang paling cerdas, hampir atau mungkin malah menyamai Isaac Newton. Ikal sendiri selalu menyebut Lintang sebagai, “my Isaac Newton”. Tokoh Lintang ini digambarkan sebagai orang yang sangat miskin. Ayahnya hanya seorang nelayan, sementara dia harus membantu menghidupi ke dua adiknya. Namun miskin harta bukan berarti miskin ilmu, semangat belajar Lintang sangat tinggi. Bahkan ketika bu Muslimah, guru mereka absen mengajar, Lintang lah yang menjadi guru bagi ke sembilan orang temannya. Namun ternyata takdir berkata lain, Ayah Lintang meninggal dunia. Terpaksa Lintang harus menjadi kepala keluarga dan berhenti sekolah. Ini merupakan epilog dari cerita Laskar Pelangi yang sangat mengharukan.
Mahar, teman ikal yang lain. Seorang anak yang sangat berbakat dalam hal seni. Seakan bakat itu tumbuh dengan sendirinya melalui hobinya mendengarkan musik melayu di saluran Radio yang seadanya. Sayangnya kecerdasan spiritual Mahar sangat kurang, dia mempercayai dunia perdukunan da sangat terobsesi untuk menjadi seorang dukun.
Namun dibalik menyedihkannya nasib Lintang, dan kurangnya iman Mahar, terdapat hal menarik yang akan saya ceritakan ketika membahas Maryamah Karpov.
Sang Pemimpi
“Bermimpilah, maka tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu”
Ini merupakan kalimat yang paling terkenal dari Sang Pemimpi, diucapkan oleh Arai, saudara sepupu Ikal. Kalau di Laskar Pelangi tokoh inspirasinya adalah Mahar dan Lintang, di jilid ke dua Arai ini lah pehatian utamanya.
Kisah ini menceritakan tentang usaha mereka dalam mengejar mimpi saat SMA, yaitu mimpi untuk sekolah di Eropa suatu hari kelak dan menjelajahi Eropa sampai Afrika. Tak pernah berhenti mereka menabung agar bisa keluar dari pulau kecil itu dan kuliah di Jakarta untuk pada akhirnya melanjutkan kuliahnya di Eropa. Saya sering berpikir, betapa mudahnya orang-orang seperti saya untuk mendapatkan informasi tentang beasiswa. Tidak hanya melalui kertas-kertas pengumuman yang begitu ramai di mading kampus, namun fasilitas internet 24 jam juga sangat membantu dalam mencari informasi tersebut. Saya tidak pernah kepikiran untuk menabung koin demi koin dalam kotak alumunium seperti yang dilakukan Arai dengan Ikal. Novel Sang Pemimpi membuat saya agak malu menjadi diri saya yang tidak mempunyai mimpi setinggi mereka :-( .
Meski berkali-kali goyah, Ikal tetap berani bermimpi untuk mencapai cita-citanya. Semua itu karena Arai yang menyemangatinya. Arai tidak pernah berhenti bermimpi di setiap detiknya. Hingga pada akhirnya mereka berdua mendapatkan kesempatan kuliah di Jakarta. Tidak tanggung-tanggung, Ikal langsung kuliah di Universitas Indonesia dengan predikat cum laude. Sangat Luaar biasa. Melalui buku ini, saya mengambil sebuah kesimpulan, bahwa kita telah berhasil 50% mewujudkan mimpi kita apabila tekad kita kuat. Ya 50% tekad, 50% usaha. Tentunya disertai dengan tawakal kepada Allah.
Edensor
Jika hidup ini seumpama rel kereta api dalam eksperimen relativitas Einstein, maka pengalaman demi pengalaman yang menggempur kita dari waktu ke waktu adalah cahaya yang melesat-lesat di dalam gerbong di atas rel itu. Relativitasnya berupa seberapa banyak kita mengambil pelajaran dari penglaman yang melesat-lesat itu.....
Ini merupakan buku yang membuat saya kagum. Saking saya terkagum-kagum dengan isi buku ini , saya sampai membacanya sebanyak tiga kali. hahaha =D
Buku ini mengisahkan tentang kuliah mereka di Eropa. Salah satu hal yang saya sukai, Andrea Hirata sungguh pintar mendeskripsikan teman-temannya dari berbagai negara, MVRC Manooj dari India, Pablo Arian Gonzales dari Meksiko, Ninochka Stronovsy dari Ukrania, Virginia Sue Towsand dari Amerika, Naomi Stansfield dari Inggris serta Katya dari Jerman.
Hmm. Saya lupa menceritakan tentang gadis bernama A ling yang muncul di ‘Laskar Pelangi’. A ling tidak lain adalah cinta pertama ikal, dan sepertinya juga menjadi cinta terakhirnya. Njoo Xian Ling atau A ling adalah seorang gadis keturunan Tiong Hoa yang dulu sempat tinggal di belitong. Baru saja Ikal dan A ling merasa dekat, tiba-tiba A ling harus pergi tanpa pamit. Kabarnya dia membantu bibinya di Jakarta dan sekolah disana. Nah, dua buku teakhir ini banyak bercerita tentang usaha Ikal yang tak pernah pupus untuk mencari dimana A ling berada.
Di Prancis, Ikal mencari A ling ke segala penjuru. Dia bahkan sampai mencari di Google. Namun A ling yang ditemuinya ternyata adalah A ling yang lain. Ada A ling yang hanya seorang bayi kecil yang baru lahir, A ling nenek tua yang kebetulan baru saja meninggal saat ditemuinya, atau bahkan A ling yang hanya sebuah papan nama laundry. Biar begitu, Ikal selalu yakin bahwa suatu hari dirinya akan menemukan A ling. ckckck
Hingga suatu hari, Arai dan Ikal mengadakan perlombaan dengan teman-teman di kampusnya. Lombanya adalah banyak-banyakan mengunjungi negara di Eropa, tentu saja modal ditanggung sendiri. Perlombaan ini diikuti oleh orang-orang yang berasal dari negara yang berbeda, di antaranya Inggris, Amerika, India, Meksiko dan Indonesia yang diwakili oleh Arai dan Ikal.
Akhirnya mereka berangkat mengelilingi Eropa. Ini lah mimpi mereka sejak dulu, berawal dari sebuah sumpah untuk sekolah setinggi-tingginya, kini mereka telah menginjakan kakinya menelusuri tanah Eropa. Dalam perjalanan, kejadian seperti dirampok, nyasar, sampai kekurangan uang pernah mereka alami semuanya. Namun semangat Ikal untuk menemukan A ling tidak pernah pudar, dia terus mencari dan mencari sampai akhirnya mereka keluar Eropa dan sampai di Afrika! Tapi A ling tidak pernah tampak.
Walaupun A ling tidak berhasil mereka temukan, mereka telah berhasil menjadi tim yang paling banyak mengunjungi Negara di Eropa bahkan ke Afrika, dan akhirnya merekalah yang menjadi pemenang. Ya dua orang Indonesia yang berasal dari pulau kecil berhasil memenangkan pertandingan ini hanya bermodal tekad dan keyakinan.
Buku ini berhasil membuang jauh-jauh pemikiran bahwa Indonesia bangsa yang lebih rendah dari bangsa Eropa dan Amerika. Tekad kuat Arai dan Ikal membawa saya ke sebuah keyakinan bahwa walaupun kita memiliki banyak kekurangan, namun kita selalu mempunyai kesempatan untuk memperbaikinya. Dan saat itulah muncul sesuatu yang tanpa kita sadari, kita mampu menjadi lebih hebat dari siapapun.
Maryamah Karpov
“..Tahukan dirimu, Kawan? Dalam serpih serpih cahaya, dan gerak-gerik halus benda-benda, tersimpan rahasia, mengapa kita ini ada..”
Dari semua karya Andrea Hirata, karya inilah yang paling membuat saya terkagum-kagum sampai hampir tidak percaya. Sebagian besar dari buku ini menceritakan tentang budaya di pulau Belitong serta karakter-karakternya yang dijelaskan secara sempurna oleh sang penulis.
Kembali ke kekaguman saya, di pertengahan buku kisah ini menceritakan Ikal yang hendak membuat perahu untuk mecari A ling di Batuan. Sebuah tempat yang sangat berbahaya untuk di datangi. Hampir semua orang tidak dapat pulang ketika berlayar ke sana. Melalui bukunya, Andrea menceritakan bagaimana dia dicerca dan ditertawakan oleh penduduk setempat karena melakukan hal yang di luar batas akal sehat. Namun dibantu dua orag teman lamanya, Lintang dan Mahar, dia berhasil melalui semua ini.
Ya, di sini Lintang kembali eksis. Dia tidak suram seperti dulu ketika terakhir kalinya bertemu di Laskar Pelangi. Dia telah berhenti menjadi supir truk dan beralih menjadi petani kopra yang sukses. Dari sinilah saya belajar bahwa ilmu itu bukan masalah uang. Ilmu itu ada di setiap nafas yang kita hela, dan setiap senti tanah yang kita pijak. Terbukti dari kisah Lintang, dia berhasil memakmurkan dirinya bahkan tanpa harus membayar mahal untuk sekolah. Dia masih mampu menggali ilmu, buktinya dia mampu memberikan hukum-hukum fisika pada perahu yang akan dibuat Lintang sehingga perahu itu layak mengarungi samudra. Lalu bagaimana dengan kita? Yang setiap harinya duduk di bangku kelas atau di bangku kuliah, mengisi absen, membayar mahal. Memalukan sekali kan bila tau kenyataan bahwa kita masih belum bisa menerapkan ilmu kita seperti Lintang?
Dan Mahar, masih tetap sesat seperti dulu. Malah jauh lebih sesat. Dia menguasai ilmu-ilmu hitam. Namun ternyata dia belum lupa dengan sahabatnya, Ikal, dia bersedia mengarungi lautan bersama demi mencari orang yang paling dicintai ikal selama ini, A ling. Dan di novel ini juga Arai akhirnya mendapatkan cinta Nurmala, seorang cewek yang selalu menolak cintanya sejak SMA hingga kuliah S2 di Sorbone, namun keyakinan Arai dan cintanya akhirnya bisa menaklukkan hati Nurmala, lalu mereka menikah.
Cerita Maryamah Karpov tidak berakhir bahagia. Meski A ling akhirnya ditemukan, keduanya tidak bersatu karena sebuah alasan, yaitu ayah Andrea tidak menyetujui mereka menikah karena berbeda agama. Tapi tidak mengapa, karena ini semakin membuktikan saya bahwa cerita ini adalah nyata. Mungkin sampai saat ini Andrea masih belum menemukan happy endingnya dengan A ling.
Begitulah keempat novel karya Andrea Hirata yang sangat spesial di hati saya. Andrea berhasil memberikan warna baru dalam dunia pernovelan Indonesia. Dia menyuguhkan cerita-cerita yang menggugah jiwa, melalui genre yang berbeda.
Sumber : http://bambang-gene.blogspot.com/2011/04/andrea-hirata-dan-karya-karyanya.html#ixzz1kxTan0fS
0 komentar:
Posting Komentar