Popular Post

Home » » Ketika Keperawanan Dipersoalkan (2)

Ketika Keperawanan Dipersoalkan (2)

Written By Bodhonk on Jumat, 01 Maret 2013 | 10.12



Meski ada noda darah tapi pihak perempuan "sudah ahli" dalam permainan ranjang, keraguan pun muncul di pihak pria. Sebaliknya, dengan pihak perempuan yang tahu di malam pertamanya sang suami sudah begitu "jago", akan menimbulkan syak wasangka juga.
Dengarlah cerita Manan (nama samaran), pengusaha warnet di Kota Padang. Ia berpacaran satu tahun sebelum menikah. Mereka sama-sama menjaga susila, sampai tiba di pelaminan. Tapi apa yang terjadi di ranjang? "Aku kaget. Istriku ternyata aktif sekali, amat mengerti mana organku yang perlu dikelola, bahkan reaksinya selama hubungan menunjukkan ia sudah ahli. Tapi, herannya, sepreiku berdarah," aku Manan. Ia tak percaya jika istrinya melakukan operasi selaput dara. Jika istrinya melakukan seks pranikah bersama orang lain, rasanya juga tak mungkin. Istrinya guru SD yang amat menjaga norma agama.
Jadi, walau pernikahan berjalan terus sampai kini mereka punya dua anak, Manan tetap memendam rasa penasaran itu. Di sisi lain, ia tak ingin rumah tangganya guncang hanya akibat ia menanyakan hal itu. Namun, terkadang itu berpengaruh pada saat menggauli istri, ia merasa bersaing atau tak mau kalah dengan "lelaki imajiner" (entah siapa) yang telah membuat istrinya sepintar itu.
Sedikit tersenyum, Dra. Ieda Purnomo Sigit Sidi, psikolog, mengajak Manan membandingkan perasaannya dengan perasaan salah seorang pasiennya, sebut saja namanya Indah. Kasir sebuah rumah makan di Jakarta Selatan ini ketika menikah empat tahun lalu berhasil membuktikan kesuciannya di malam pertama. Hanya, ia tak habis pikir, bagaimana bisa suami yang selama pacaran tampak alim justru di ranjang ia seolah master. Sangat menguasai teknik dan pandai menjaga irama permainan.
Walau waktu itu Indah menikmati serangan demi serangan suaminya yang datang bergulung-gulung, hati kecilnya terus bertanya, "Berapa perempuan sudah ia jadikan eksperimen sampai jadi sejago ini?" tiru Ieda.
Akhirnya, Indah mengabaikan segala perasaan negatif itu, karena suaminya terbukti setia dan menyayangi keluarga. Ia tak ingin keharmonisan rumah tangga dirusak oleh khayalan-khayalan tak berguna itu.
Menurut Ieda, Manan harus memahami bahwa seks adalah naluri, tak pernah (perlu) dipelajari, sudah terberi. Selain itu, seks bisa dipelajari untuk dikembangkan sendiri, mungkin ia membaca, mendengar, atau menonton. Semua dilakukan sebagai bekal untuk ia praktikkan kelak setelah berumah tangga, agar pasangan merasa nyaman dan senang.
Yang penting, hendaknya hubungan seksual dianggap seperti menari, pasangan saling memberi respons, tidak menjadikan salah satu pihak sebagai objek. Keduanya menjadi subjek yang saling menyenangkan pasangan, saling menjaga keharmonisan gerak dan emosi. (Helathy Sexual 3, 2007)


Like This..?? Share This Article..........

0 komentar:

Posting Komentar

Followers

 
Copyright © 2011. Forzant Blog . All Rights Reserved.
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Template modify by Creating Website. Inspired from Maskolis