SAYA cinta sama pacar saya. Tetapi secara hirarki, dia bukan jodoh saya. Bukan saya melangkahi kekuasaan Tuhan, tetapi saya sudah tahu kalau dia dijodohkan dengan seseorang yang lebih baik dengan alasan yang klasik; adat istiadat.
Saya adalah keturunan Jawa Timur dan dan Sumatera Selatan, sementara dia adalah keturunan murni Minangkabau dan sebagai seorang yang pantas menerima garis matrilineal. Saya tidak mengerti pada awalnya pacar saya telah dijodohkan dengan seorang perempuan cantik, berkecukupan, alim dan seorang calon dokter pula.
Sedang saya? saya cuma anak kuliahan yang nyasar di kampus fakultas hukum. Bisanya hanya menghambur-hamburkan uang, menganut paham hedonisme dan semua hal yang menyangkut identifikasi bahwa saya adalah seorang perempuan urban yang kurang beres. Tapi saya tidak buruk-buruk amat. Pergaulan saya luas, dan ibaratnya, saya bisa mendapatkan lelaki manapun yang saya mau.
Saya cantik, cerdas (walaupun saya pemalas), orangtua saya lebih dari cukup, mampu memberikan saya apa saja. Walapun begitu, saya tidak sungkan untuk menjamah bumbu dapur, tetapi saya mau saya memperlakukan pacar saya seperti saya memperlakukan raja.
Saya mencintai dia, lebih dari saya mencintai diri saya sendiri. Tetapi di sini saya mengetahui bahwa saya harus siap melepas dia, dia lebih pantas untuk seseorang yang terbaik. Bermimpi untuk masuk ke dalam keluarganya pun saya tidak berani, saya cukup tau siapa saya dan keterbatasan saya.
Like This..?? Share This Article.....
0 komentar:
Posting Komentar