Intisari-Online.com - Keberadaan bekas luka bisa mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Alasannya, selain mempengaruhi penampakan kulit, bekas luka membuat perasaan tak nyaman. Akibatnya, seseorang yang mempunyai bekas luka biasanya membatasi fungsi gerak dan aktivitas kesehariannya. Kasihan, ‘kan? Ia tidak hanya bermasalah secara fisik tetapi secara psikologis pun merasa terhimpit. Bekas luka, baik di lokasi terbuka maupun tertutup, bisa mempengaruhi kepercayaan diri seseorang.
Beberapa persoalan fisik dan psikis yang kerap dibawa bekas luka adalah:
- Bekas luka membesar.
- Gatal dan tidak nyaman.
- Membatasi gerakan di persendian.
- Menyebabkan stress akibat tampilan bekas luka.
Apakah bekas luka itu?
Bekas luka atau scar merupakan hasil akhir dari proses penyembuhan alamiah yang terjadi bila kulit terluka. Penyebab lukanya bisa karena kecelakaan, pascaoperasi, atau penyakit. Kemunculan bekas luka tergantung pada dua hal: besarnya kerusakan pada kulit dan lama proses penyembuhannya.
Untuk menyembuhkannya tergantung pada banyak faktor. Beberapa di antaranya adalah usia, lokasi luka, nutrisi, faktor keturunan (jenis kulit), dan infeksi/komplikasi. Sementara proses penyembuhannya pun bertahap. Pertama, inflamasi. Pada tahap ini kulit yang terluka akan tampak kemerahan. Kedua, proliferasi. Di sini terjadi pembentukan sel kulit baru menggantikan sel kulit yang rusak. Ketiga, tahap maturasi/pematangan, berlangsung hingga 2 tahun. Tahap terakhir inilah yang paling menentukan sebuah luka. Apakah akan meninggalkan bekas luka yang menonjol/tebal, dan merah kehitaman, tergantung beberapa faktor tadi.
Jumlah penderita bekas luka parut menonjol sangat tinggi. Ini terkait dengan jumlah kejadian kecelakaan, luka bakar, tindakan operasi, dan penyakit kulit. Praktis, orang dengan riwayat tidak pernah mengalami bekas luka malah langka. Masalahnya, bekas luka menonjol atau abnormal muncul karena tidak memperoleh perawatan bekas luka yang tepat. Sesuatu yang pada gilirannya bakal mempengaruhi penampakkan kulit dan beberapa kondisi yang parah.
Menurut dr. Teddy O. H. Prasetyo, Sp.BP, dokter spesialis bedah plastik dari RSCM Kencana, parut bekas luka dapat dirawat agar bisa mendekati kondisi tersamarkan atau ditipiskan. Syaratnya, harus mendapatkan terapi dan manajemen yang tepat.
Menurut Teddy, parut bekas luka baru akan berhenti berproses dalam rentang waktu antara 3 bulan sampai 2 tahun setelah ‘sembuh’. Namun, ‘sembuh’ di sini berarti luka sudah tertutup baju kulit ari. “Sembuh dalam arti sebenarnya ditandai dengan parut bekas luka yang tidak lagi kemerahan, gatal, nyeri, dan kaku,” kata dokter yang juga mengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.
Selain itu, tambah Teddy, tingkat kepatuhan pasien dalam terapi juga merupakan faktor eksternal yang menentukan. Misalnya, dia berkonsultasi dengan dokter secara berkala sesuai yang dianjurkan.
Saat ini, perawatan scar yang paling maju dan paling efektif adalah menggunakan gel silikon. Gel silikon memiliki kemampuan untuk menekan proses pembentukan kolagen yang menjadi salah satu faktor penyebab timbulnya bekas luka menonjol. Gel silikon juga mampu memperlunak bekas luka yang tegang dan kaku. Kelebihan lainnya, memberikan perlindungan elastis di sekitar parut bekas luka selama proses penyembuhan berlangsung.
Sebagai produk obat-obatan, gel silikon juga kini bisa didapatkan di toko-toko obat atau apotek.
0 komentar:
Posting Komentar