Siapa yang tidak suka minum minuman ringan bersoda (berkarbonasi)? Meminum minuman ini saat di tengah terik matahari, rasanya amat menyegarkan. Mendapatkan minuman ini pun mudah; minuman bersoda tersedia di kios penjual rokok, restoran, hingga kafe. Namun tahukah Anda apa bahaya minuman semacam ini bila dikonsumsi secara berlebihan?
Minuman ringan berkarbonasi adalah sumber kalori terbesar dalam menu makan orang Amerika, yaitu sekitar 7% dari total pemasukannya. Bila Anda menambahkan minuman non karbonasi, nilainya meningkat hingga 9%. Bayangkan bila Anda mengambil menu sarapan di restoran junk food, Anda memilih cheese burger dengan minuman cola. Hitung saja berapa kalorinya. Tidak heran bila orang Amerika banyak yang mengalami obesitas dan diabetes.
Konsumsi harian sekitar 10-15 sendok teh gula murni artinya hampir sama dengan batasan yang direkomendasikan untuk konsumsi gula dari semua jenis makanan. Untuk mengatasi ketergantungan pada gula, seringkali orang lalu menggantinya dengan minuman buah, sport drinks, dan es teh. Namun, semua jenis minuman ini ternyata juga mengandung banyak gula, yang juga menambahkan kalori di dalam menu diet kita.
Sementara itu, pembuat minuman ringan mengantisipasi kekhawatiran konsumennya tentang gula ini dengan memproduksi versi “diet” dengan embel-embel seperti “sugar-free“. Namun sudahkah langkah ini menyelesaikan masalah kesehatan penikmatnya?
Penelitian yang dilakukan Texas University School of Medicine terhadap 500 pria dan wanita selama kurun waktu 10 tahun menunjukkan, mereka yang meminum minuman bebas gula atau minuman diet secara teratur, meski hanya satu atau dua kaleng sehari, terbukti memiliki lingkar pinggang lebih lebar dari mereka yang tidak mengonsumsinya. Yang lebih mengejutkan lagi, peningkatan ukuran lingkar pinggang mereka 500 persen dari lingkar pinggang sebelumnya, meskipun sudah berolahraga atau merokok.
Salah kaprah ini terjadi karena kebanyakan orang mengira minuman diet tidak berkalori sehingga tidak ada risiko. Demikian menurut Helen Hazuda, profesor epidemiologi klinis di Texas University School of Medicine. Mereka mungkin terbebas dari kalori, tetapi tidak dengan konsekuensinya.
Pemanis buatan dalam minuman kola yang “bebas gula” itu mungkin dapat menggantikan sukrosa alami, tetapi efeknya justru dapat menambah nafsu makan, bahkan merusak sel-sel otak. Pemanis itu membuat kita jadi ingin makanan-makanan manis, juga junk food. Kurangnya gula asli juga membuat kita tidak kunjung merasa kenyang. Jika Anda tidak kenyang-kenyang juga, bisa-bisa Anda lupa berapa banyak makanan yang sudah masuk ke perut.
Minuman ringan berkarbonasi ternyata tidak hanya bermasalah dengan kandungannya, tetapi bagaimana minuman ini berhasil menggantikan minuman sehat yang biasa kita konsumsi. Saat kita mulai memasuki usia matang, kita cenderung memilih jenis minuman lain ketimbang susu. Padahal menurunnya kalsium dapat meningkatkan risiko osteoporosis, penyakit serius yang biasanya makin parah seiring pertambahan usia kita. Tulang yang sehat dan kuat yang dibangun saat kita masih muda tidak lagi dapat melindungi kita dari kondisi yang mengerikan ini.
- Kelebihan gula yang berkontribusi terhadap kelebihan berat badan, yang juga dapat menyebabkan penyakit diabetes mellitus tipe 2, serangan jantung, stroke, dan kanker.
- Orang yang mengonsumsi soft drinks secara rutin juga berpotensi meningkatkan risiko munculnya batu ginjal, dan penyakit jantung.
- Kafein, yang ditambahkan ke dalam kebanyakan soft drinks, juga menimbulkan kecanduan. Kafein juga meningkatkan pembuangan kalsium.
- Pewarna buatan dalam soda juga menyebabkan penyakit gatal, asma, dan reaksi alergi lainnya pada beberapa orang.
- Ahli kesehatan gigi terus mendorong orang untuk mengurangi konsumsi minuman bersoda, khususnya saat makan, untuk mencegah kerusakan gigi (karena gula), dan erosi gigi (karena asamnya)
Para peneliti menemukan bahwa pria yang tidak pernah minum minuman bersoda memiliki jumlah sperma 50 juta sperma per milimeter.
Pria yang minum seliter atau lebih minuman bersoda, hanya memiliki 35 juta sperma per milimeter. Meskipun perbedaan ini tidak cukup drastis untuk memenuhi syarat sebagai satu persoalan menurut World Health Organization (WHO), jumlah sperma yang lebih rendah berhubungan dengan kesuburan rendah.
Pengaruh yang lebih kecil pada tingkat sperma, tampak pada pria yang minum teh atau kopi dalam jumlah besar, mengesampingkan kafein sebagai kemungkinan penyebab.
Pria yang minum minuman bersoda dalam jumlah besar cenderung makan lebih banyak makanan siap saji dan kurang makan buah-buahan dan sayuran
Di Amerika Serikat, sederet penelitian membuktikan secara ilmiah bahwa minuman bersoda menjadi penyebab obesitas atau kelebihan berat badan. Banyak anak kecil, remaja bahkan dewasa memiliki tubuh yang gendut akibat terlalu sering minum soda.
Orang yang minum soda setiap hari memiliki risiko mengidap diabetes hingga dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan mereka yang jarang atau tak pernah minum minuman bersoda.
Selain diabetes, seseorang yang minum minuman bersoda setiap hari, dalam empat tahun memiliki risiko terkena serangan jantung 40 persen lebih tinggi ketimbang yang tidak. Bukan cuma itu, kadar kolesterol jahat pun ikut naik akibat konsumsi soda berlebihan.
Minuman bersoda tak hanya mengandung kadar gula yang tinggi, tapi juga kafein. Beberapa ahli mengatakan, jika minuman bersoda sudah jadi bagian dari “gaya hidup”, maka efeknya akan tak jauh beda dengan obat-obatan terlarang. Alhasil jangan heran jika akan ada organ-organ vital tubuh yang mengalami gangguan fungsi.
Mengurangi konsumsi soda dari menu makan (atau pergaulan) sehari-hari sangat dianjurkan. Imbangi dengan memperbanyak minum air putih bila Anda belum dapat menghentikan kebiasaan ini.
Like This..?? Share This Article...........
0 komentar:
Posting Komentar