Popular Post

Home » » Sejarah Sepeda Ontel

Sejarah Sepeda Ontel

Written By Bodhonk on Jumat, 25 April 2014 | 14.22


Sepeda adalah kendaraan beroda dua atau tiga, mempunyai setang, tempat duduk, dan sepasang pengayuh yang digerakkan kaki untuk menjalankannya

Sejarah Sepeda
Seperti ditulis Ensiklopedia Columbia, nenek moyang sepeda diperkirakan berasal dari Perancis. Menurut kabar sejarah, negeri itu sudah sejak awal abad ke-18 mengenal alat transportasi roda dua yang dinamai velocipede. Bertahun-tahun, velocipede menjadi satu-satunya istilah yang merujuk hasil rancang bangun kendaraan dua roda.
Yang pasti, konstruksinya belum mengenal besi. Modelnya pun masih sangat "primitif". Ada yang bilang tanpa pedal tongkat itu (tatocipede) bisa bergerak tapi bagaimana? Rick Boneshaker akan menjawabnya. Katanya "Oh,ini jawabannya. Dua orang harus memutar engkol di sisi kanan dan kiri sepeda "primitif" tersebut dengan pedoman kecepatan mendekati 109 km/jam. Setelah itu, tatocipede akan bergerak sesuai kecepatan engkol berputar dengan urutan sebagai berikut: kiri,kanan,berputar,atas,depan,bawah,belakang,barat laut. Tidak sulit kan?"
Adalah seorang Jerman bernama Baron Karls Drais von Sauerbronn yang pantas dicatat sebagai salah seorang penyempurna velocipede. Tahun 1818, von Sauerbronn membuat alat transportasi roda dua untuk menunjang efisiensi kerjanya. Sebagai kepala pengawas hutan Baden, ia memang butuh sarana transportasi bermobilitas tinggi. Tapi, model yang dikembangkan tampaknya masih mendua, antara sepeda dan kereta kuda. Sehingga masyarakat menjuluki ciptaan sang Baron sebagai dandy horse.
Baru pada 1839, Kirkpatrick MacMillan, pandai besi kelahiran Skotlandia, membuatkan pedal khusus untuk sepeda. Tentu bukan mesin seperti yang dimiliki sepeda motor, tapi lebih mirip pendorong yang diaktifkan engkol, lewat gerakan turun-naik kaki mengayuh pedal. MacMillan pun sudah "berani" menghubungkan engkol tadi dengan tongkat kemudi (setang sederhana).
Sedangkan ensiklopedia Britannica.com mencatat upaya penyempurnaan penemu Perancis,Ernest Michaux pada 1855, dengan membuat pemberat engkol, hingga laju sepeda lebih stabil. Makin sempurna setelah orang Perancis lainnya, Pierre Lallement (1865) memperkuat roda dengan menambahkan lingkaran besi di sekelilingnya (sekarang dikenal sebagai pelek atau velg). Lallement juga yang memperkenalkan sepeda dengan roda depan lebih besar daripada roda belakang.
Namun kemajuan paling signifikan terjadi saat teknologi pembuatan baja berlubang ditemukan, menyusul kian bagusnya teknik penyambungan besi, serta penemuan karet sebagai bahan baku ban. Namun, faktor safety dan kenyamanan tetap belum terpecahkan. Karena teknologi suspensi (per dan sebagainya) belum ditemukan, goyangan dan guncangan sering membuat penunggangnya sakit pinggang. Setengah bercanda, masyarakat menjuluki sepeda Lallement sebagai boneshaker (penggoyang tulang).
Sehingga tidak heran jika di era 1880-an, sepeda tiga roda yang dianggap lebih aman buat wanita dan laki-laki yang kakinya terlalu pendek untuk mengayuh sepeda konvensional menjadi begitu populer. Trend sepeda roda dua kembali mendunia setelah berdirinya pabrik sepeda pertama di Coventry, Inggris pada 1885. Pabrik yang didirikan James Starley ini makin menemukan momentum setelah tahun 1888 John Dunlop menemukan teknologi ban angin. Laju sepeda pun tak lagi berguncang.
Penemuan lainnya, seperti rem, perbandingan gigi yang bisa diganti-ganti, rantai, setang yang bisa digerakkan, dan masih banyak lagi makin menambah daya tarik sepeda. Sejak itu, berjuta-juta orang mulai menjadikan sepeda sebagai alat transportasi, dengan Amerika dan Eropa sebagai pionirnya. Meski lambat laun, perannya mulai disingkirkan mobil dan sepeda motor, sepeda tetap punya pemerhati. Bahkan penggemarnya dikenal sangat fanatik.









Jenis-jenis sepeda

Kini sepeda mempunyai beragam nama dan model. Pengelompokan biasanya berdasarkan fungsi dan ukurannya.
  • Sepeda gunung-digunakan untuk lintasan off-road dengan rangka yang kuat, memiliki suspensi, dan kombinasi kecepatan sampai 27.
  • Sepeda jalan raya-digunakan untuk balap jalan raya, bobot keseluruhan yang ringan, ban halus untuk mengurangi gesekan dengan jalan, kombinasi kecepatan sampai 27
  • Sepeda BMX-BMX merupakan kependekan dari bicycle moto-cross, banyak digunakan untuk atraksi
  • Sepeda kota (citybike) adalah sepeda yang biasa dipakai di perkotaan dengan kondisi jalan yang baik. Sepeda jenis sangat menekankan aspek funsional. Biasanya memiliki sebuah boncengan dan keranjang.
  • kelompok ini adalah sepeda anak-anak, baik beroda dua maupun beroda tiga
  • Sepeda angkut atau sepeda yang berdesain klasik (tua) termasuk dalam kelompok ini adalah sepeda kumbang, sepeda pos dan sepeda ontel yang memiliki besi kuat dan diameter roda yang besar mampu untuk keperluan berboncengan dan membawa barang.
  • Sepeda lipat-merupakan jenis sepeda yang bisa dilipat dalam hitungan detik sehingga bisa dibawa ke mana-mana dengan mudah
  • Sepeda Balap - Sepeda yang model handlernya setengah lingkaran dan digunakan untuk balapan.
  • Sepeda Motor - bertenaga mesin dengan mengunakan bahan bakar berjenis bensinsebagai sumber daya utamanya. Dengan semakin berkembangnya teknlogi pada insuatri kendaraan roda dua.


Sejarah Sepeda Onthel
sepeda kuno-gambar google
sepeda kuno-gambar google
Perjalanan sejarah sepeda dunia diawali dengan penemuan dan pembuatan sebuah alat yang disebut “Hobby Horses” dan “Celeriferes” di Inggris pada tahun 1790. Hobby Horses bukanlah alat transportasi sepeda seperti yang kita kenal sekarang, tapi alat ini hanya rangka kayu dengan dua roda tanpa system pedal dan rantai. Pengembangan Hobby Horses dilanjutkan dengan inovasi yang dilakukan Baron Karl Von Drais dari Jerman yang pada tahun  1817  telah membuat sebuah alat baru yang dinamainya dengan “Draisenne” yang memiliki kelebihan dengan pengembangan alat gerak yang menggunakan tenaga kedua kaki si pengemudi.
capture82605_013b
Melihat kelebihan dan keuntungan penggunaan Draisenne maka alat ini makin banyak dibuat dan dimanfaatkan.
Perkembangan populasi sepeda mulai meningkat sejak dibuatnya pabrik sepeda pertama oleh James Starley dari Inggris di tahun 1870. Sepeda produksinya disebut juga dengan “High Wheel Bicycle” karena memiliki roda depan yang sangat besar dan roda belakang yang kecil. Dalam cara kerjanya menggunakan system penggerak pedal yang terdapat pada sumbu depan, disertai roda yang berjari-jari, tapi belum menggunakan rantai.
Setelah dipasarkan di Eropa ternyata terdapat beberapa keluhan dari orang-orang yang berpostur kecil dan para wanita, karena sulit untuk mengendarai High Wheel Bicycle. Menyikapi hal itu maka keponakan dari James Starley bernama John Kemp Starley di tahun 1886 melakukan lagi beberapa perubahan yang sangat berarti yaitu penggunaan jenis ukuran roda yang sama untuk begian depan dan belakang serta penggunaan rantai sebagai alat bantu gerak roda belakang yang berpengaruh terhadap kecepatan luncurnya (bentuknya telah seperi sepeda lawas/ sepeda kumbang, sepeda unto/ sepeda ontel yang kita kenal sekarang). Penemuan penting selajutnya terjadi tahun 1888 oleh John Boyd Dunlop yang menemukan tekhnologi ban sepeda yang bisa diisi dengan angin. Penemuan ini juga memberi pengaruh terhadap pemanfaatannya pada alat transportasi lain seperti untuk ban sepeda motor dan mobil.
Untuk pengembangan budaya bersepeda ke Indonesia, telah mulai dilakukan sejak zaman penjajahan Belanda. Mereka memperkenalkan sepeda- sepeda produksi Belanda seperti merek: Valuas dan produk Belanda lainnya. Bahkan mereka juga memperkenalkan sepeda produksi Eropa seperti merek: Releigh, Philips, Humber, BSA, dan beberapa merek lainnya yang masih ada dan di lestarikan oleh sekelompok kecil orang- orang Indonesia. Bagi penjajah, sepeda digunakan untuk mengelilingi daerah jajahan sambil melihat keindahan alam Indonesia. Setelah sepeda mulai diperkenalkan oleh orang-orang Belanda, ternyata para konglomerat dan penguasa lokalpun mulai tertarik dan ingin memiliki alat transpotasi ini. Hal ini menjadikan sepeda sebagai alat transportasi yang bergengsi. Karena harga dan kwalitas yang bervariasi maka dimasa awal kedatangan sepeda ke Indonesia, merek sepeda yang digunakan seseorang juga bisa melihat strata dan tingkat ekonomi pemiliknya. Dari waktu ke waktu, pengguna sepeda di Indonesia terus bertambah bahkan masih berlanjut sampai tahun 1970-an. Umumnya sepeda produksi Eropa dengan jenis sepeda lawas/

copy-of-p34b


sepeda kumbang/ sepeda unto/ sepeda ontel yang di gunakan orang-orang Indonesia di produksi dalam rentang waktu 1940 – 1950-an. Selain produksi Eropa, sepeda yang digunakan dan dipakai penduduk Indonesia juga ada yang berasal dari China dan Jepang. Setelah III abad dari penemuan awal “Hobby Horses” ternyata kita bisa melihat penggunaan sepeda sebagai alat transportasi juga mengalami pasang surut peminat dan penggunanya. Hal ini dapat kita lihat di lingkungan dan masyarakat disekitar kita. Berkurangnya pengguna sepeda ini dikarenakan makin berkembangnya pemanfaatan alat transportasi yang lebih maju seperti sepeda motor dan mobil. 
Jenis-jenis Sepeda Tua
simplex-gambar google
simplex-gambar google
Sepeda tua di Indonesia bukan hanya sepeda onthel. Dalam perkembangannya kemudian, muncul sepeda kumbang, jengki, dan sundung.Mari berkenalan dengan macam-macam sepeda tua tersebut agar Anda tetap mengetahui perkembangan sepeda tua di negari sendiri.
  • Sepeda onthel atau pit onthel dikenal juga dengan sebutan pit pancal atau pit kebo. Kenapa disebut seperti itu? karena untuk menaiki sepeda tua jenis ini Anda harus terlebih dahulu meloncat (pancal). Hal ini terjadi karena ukuran ban sepedanya yang kecil mencapai 28 inchi. Merek sepeda ini yang paling terkenal saat itu adalah Philips, Rudge. Merek yang sangat terkenal saat itu. Untuk pengguna sepeda onthel wanita biasanya berukuran lebih kecil antara 57 sampai dengan 61 cm. Sedangkan untuk pria hingga mencapai ukuran rangka 66 cm.
  • Sepeda jengki sangat populer saat itu dengan  produk keluaran Cina. Merek Phoenix mendominasi sepeda tua jenis jengki ini. Ukurannya tidak mengenal untuk pria dan wanita. Sejak munculnya sepeda jengki menggusur keberadaan sepeda onthel mulai tahun 70-an. Namun nasib sepeda jengki juga tidak sebaik pendahulunya sepeda onthel. Kemunculan sepeda berjenis MTB segera menggantikan kepopulerannya.
  • Selain dua jenis sepeda tua tadi, berkembang pula jenis sepeda kumbang dan sepeda sundung. Namun di tahun 1970-an sepeda tua ini sempat digantikan oleh sepeda MTB. Nasib sepeda tua mulai bergeser dari hari ke hari dengan diciptakannya berbagai varian sepeda-sepeda modern.
Like This..?? Share This Article......

0 komentar:

Posting Komentar

Followers

 
Copyright © 2011. Forzant Blog . All Rights Reserved.
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Template modify by Creating Website. Inspired from Maskolis